Makalah Sejarah Perkembangan Bimbingan Konseling
LATAR BELAKANG DAN SEJARAH PERKEMBANGAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Makalah disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar BK
Dosen Pengampu:
Dra. Ragwan Albaar, M.Fil.I
Oleh:
Kelompok 2
Ahmad Rifai Sinaga B53214014 (C.3)
Moh. Mizan Asrori B53214023 (C.3)
PRODI
BIMBINGAN DAN KONSELING
ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kicauan burung di pagi hari
menyadarkan kita dari tidur panjang tak bermakna. Dengan mengucap basmalah,
kami mulai proses penyusunan makalah Pengantar Bimbingan dan Konseling dengan
tema “Latar Belakang dan Sejarah
Perkembangan Bimbingan dan Konseling”.Kami dituntut untuk pandai merangkai
kata dan mulai mengingat apa-apa yang pernah kami baca. Sebuah proses terkadang
memang terasa berat tapi kami yakin akan menuai manisnya kelak.
Terima kasih kami samapaikan kepada
semua pihak yang ikut mensukseskan penyusunan makalah ini utamanya kepada Ibu
Dra. Ragwan Albaar, M.Fil.I selaku dosen pengampu mata kuliah pengantar
Bimbingan dan Konseling yang senantiasa membimbing kami dengan sabar dan tabah.
Teman-teman kelas C.3 BKI yang selalu mensuport kami untuk terus menatap masa
depan.
Kekurangan dari makalah ini pasti
lebih kentara dari pada kelebihannya. Oleh karena itu kritik dan saran selalu
kami harapkan sebagai perbaikan kami ke depan.
Surabaya, 11
September 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB IPENDAHULUAN
BAB II LATAR
BELAKANG DAN SEJARAH PERKEMBANGAN BK
B. Sejarah Perkembangan BK di Barat...............................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Hidup tidak akan pernah lepas
dari yang namanya masalah. Entah itu masalah kecil ataupun besar, ada kalanya kita
dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan diri sendiri namun tidak sedikit
dari mereka yang membutuhkan orang lain untuk membantu menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi. Sebagai makhluk yang diciptakan untuk saling melengkapi,
manusia dituntut untuk senantiasa menolong dan membantu sesamanya.
Bantuan kita
dapat berupa bantuan fisik, materi ataupun berupa buah pikiran seperti
membimbing dan mengarahkan orang lain sehingga dapat keluar dari masalah yang
sedang mencengkeram kehidupannya.
Alangkah
mulianya orang yang dapat membantu orang lain, di sinilah peran seorang
konselor dibutuhkan guna mewujudkan cita-cita luhur sebaik-baik manusia adalah
yang bermanfaat bagi orang lain.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Rumusan masalah
dalam makalah ini dapat diurai sebagai berikut :
1.
Apa yang menjadi latar
belakang perlunya Bimbingan dan Konseling?
2.
Bagaimana sejarah
perkembangan Bimbingan dan Konseling di Barat?
3.
Bagaimana sejarah
perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia?
C.
TUJUAN
Tujuan
pembahasan kali ini adalah :
1.
Mengetahui dan memahami latar belakang perlunya Bimbingan dan Konseling
2.
Mengetahui sejarah perkembangan
Bimbingan dan Konseling di Barat
3.
Mengetahui sejarah perkembangan
Bimbingan dan Konseling di Indonesia.
BAB II
LATAR BELAKANG
DAN SEJARAH PERKEMBANGAN
BIMBINGAN DAN
KONSELING
A.
Latar
Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling
Manusia lahir ke
dunia ini membawa takdir yang telah digariskan ketika masih dalam kandungan
ibunya. Nasib dan kehidupan mereka bermacam-macam, ada yang bahagia dan ada
pula yang sengsara. Kebutuhan akan kebahagiaan membuat manusia melakukan usaha
untuk bahagia dalam hidup yang singkat ini. Namun sebahagia apapun manusia
pasti pernah mengalami masalah.
Kebahagiaan dan
masalah silih berganti. Dan masalah itupun pasang surut, satu masalah selesai
masalah yang lain datang menghadang. Terkadang manusia dapat menyelesaikan
masalahnya tanpa bantuan orang lain, namun tidak sedikit dari mereka yang
membutuhkan uluran tangan sesamanya untuk keluar dari masalah yang sedang
dihadapi. Bimbingan dan konseling sangat berperan, khususnya bagi golongan yang
kedua tersebut.[1] Artinya bimbingan dan konseling dibutuhkan olehorang
yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Dalam
perkembangan kehidupan, manusia selalu berusaha untuk berkembang dan ingin
sesuatunya berjalan lebih mudah. Semakin berkembang kehidupan manusia maka akan
semakin kompleks permasalahan yang terjadi. Khususnya bagi masyarakat modern
yang segala kebutuhannya serba instan. Begitupun dengan mayarakat yang
kehidupannya masih belum maju dan belum begitu modern. Bimbingan dan konseling
sangat dibutuhkan guna menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.[2]
Zaman
globalisasi menyajikan kemudahan dan kenyamanan bagi manusia. Utamanya mereka
yang hidup di tengah-tengah kemajuan sains dan teknologi. Kemudahan tersebut
dicapai demi mendapat kebahagiaan. Namun dampak globalisasi tidak hanya positif
tetapi ada kalanya yang bersifat negatif.
Di
antara sekian masalah yang sering dialami manusia sebagai dampak negatif dari globalisasi
ini di antaranya :
1.
Rasa resah gelisah dalam diri
masyarakat yang diakibatkan oleh konflik, stres, cemas dan frustasi. Rasa cemas itu merupakan keadaan tegang yang memotivasi
untuk berbuat sesuatu.[3]
2.
Adanya kecenderungan pelanggaran
disiplin.
3.
Ambisi kelompok yang dapat
menimbullkan konflik baik berupa konflik psikis maupun fisik.
4.
Pengambilan jalan keluar yang
salah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif, seperti
obat-obatan terlarang.
Dari sekian
banyak masalah tersebut, diperlukan manusia yang bermutu dan memiliki sumber
daya manusia yang memadai untuk memecahkan masalah tersebut. Bermutu seperti
apakah yang dimaksud? Tentunya orang yang harmonis lahir dan batin, sehat
jasmani dan rohani, bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara
profesional serta dinamis dan kreatif. [4]
Bimbingan dan konseling juga
berperan dalam upaya penyelesaian masalah yang terjadi. Karena seorang yang
profesional pun masih membutuhkan metode atau cara, dan metode ini dinilai
cukup efektif sebagai cara mencari jalan keluar. Cukup beralasan memang mengapa
harus memakai bimbingan dan konseling untuk menghadapi masalah dan persoalan
hidup yang ada.
Dari sekian hal yang terjadi memang
bimbingan dan konseling bukan satu-satunya jalan. Akan tetapi bimbingan dan
konseling merupakan salah satu upaya
profesional yang berdimensi banyak. Dan kemunculan bimbingan dan konseling
dilatar belakangi oleh berbagai pertanyaan yang muncul dan membutuhkan jawaban.
Dari segi eksistensinya bimbingan dan konseling dapat disejajarkan dengan
psikiatris, psikoterapi, kedokteran dan penyuluhan sosial.[5]
Melihat berbagai keunggulan dan
kelebihan bimbingan dan konseling sudah barang tentu sangat dibutuhkan di
masyarakat dengan harapan dapat menyelesaikan dan mendapatkan jalan keluar dari
persoalan yang sedang dihadapi. Karena bagaimanapun seseorang yang masih waras
dan akalnya masih sehat pasti akan mencari jalan keluar yang waras dan sehat
pula. Dan jarang di antara mereka yang menggunakan jalan pintas, karena
kebanyakan dari mereka masih memegang kuat-kuat dan meyakini bahwa setiap
kesulitan ada kemudahan.
B.
Sejarah
Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Barat
Munculnya
bimbingan dan konseling di barat tidak lepas dari campur tangan seorang Frank
Parsons yang di kemudian hari populer dengan sebutan The Father of Guidance. Ia sangat menekankan pentingnya memberikan
pertolongan kepada orang lain supaya dapat memahami dan mengenal pribadi masing-masing,
sehinggamereka akan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri mereka,
supaya mereka bisa menggunakan keahliannya dengan tepat. Dialah yang mendirikan
“Vocational Bureau” pada tahun 1908 M
atau sekitar abad ke-20.[6]
Dari berbagai
literatur disebutkan ternyata ada yang lebih dulu mengaplikasikan bimbingan
daripada Parsons. Dialah Jesse B. Davis seorang konselor yang bekerja di sebuah
sekolah menengah di Detroit. Selama kurun waktu sepuluh tahun dia memberikan
bantuan untuk mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral dan jabatan siswa.
Setelah itu barulah pendirian “Vocational Bureau” dilakukan oleh Frank
Parsons. Selain itu perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika cukup pesat
hal itu ditandai dengan berdirinya APGA (American
Personnel and Guidance Association)pada tahun 1952. Kemudian pada bulan Juli 1983 organisasi ini berubah nama menjadi
AACD (American Association for Counseling
and Development).[7]
Setelah perang dunia II peran
bimbingan dan konseling lebih tertuju kepada masyarakat, lebih-lebih kepada
para tentara yang baru datang dari medan perang dan akan kembali ke masyarakat.
Demikian merupakan bukti bahwa bimbingan dan konseling yang sekarang merupakan
tindak lanjut dari apa yang telah diperjuangkan oleh Frank Parsons.[8]
Dilihat dari proses lahir dan
berkembangnya bimbingan dan konseling di Amerika dapat dibagi dalam lima
periode :
1.
Periode embriyo (1898-1907)
Gerakan
bimbingan mulai ada dan dirintis oleh George Merril, ia menyelipkan bimbingan
jabatan dalam “The California School of Mechanical Arts” di San Fransisco pada
tahun 1895. Kemudian pada tahun 1898 Detroid memusatkan perhatian pada
penyuluhan jabatan dan pendidikan jabatan di “Central High School” . Disusul
penyisipan bimbingan jabatan ke dalam mata pelajaran bahasa Inggris dilengkapi
suatu dasar yang teratur oleh J.B. Davis.
2.
Periode pertumbuhan (1908-1918)
Pada
tahun 1908 seorang Frank Parsons mendirikan “Vocational Bureau” di Boston. Biro
jabatan ini didirikan untuk memberikan konseling jabatan secara sistematis
kepada para pemuda entah itu tentang jabatan maupun hal lain. Sebelum meninggal
Parsons sempat menulis buku dan diterbitkan pada tahun 1909 yang berjudul
“Choosing A Vocational”.Pemikiran Parsons tentang pentingnya analisa ilmiah dan
memperhatikan pribadi-pribadi individu dalam bimbingan jabatan memberikan
pengaruh yang sangat kuat kepada para ahli yang muncul setelahnya.
3.
Periode pergolakan pendidikan
(1918-1929)
Pada
periode ini terdapat usaha-usaha untuk menuju kea rah pendidikan dan memajukan
perseorangan. Yang demikian berakibat pada kembalinya peranan penting bimbingan
dan layanan personal kembali diingat oleh kaum akademisi. Dalam periode ini
perhatian terhadap dinamika individu mendapat porsi lebih. Demikian pula
pendekatan studi kasus dalam proses membimbing dan mengkonseling dimulai pada
periode ini. Dalam perkembangannya konsep bimbingan dan konseling mulai
terbentuk oleh adanya pertimbangan direktif melalui interviu yang berpadu. Petugas
menggunakan data tes untuk mempelajari segala hal yang berkaitan dengan klien.
Data tersebut sanagat penting untuk proses evaluasi dan mengarahkan klien pada
jalan yang baik untuk dirinya.
4.
Periode ketaktentuan ekonomi
(1929-1945)
Perkembangan
bimbingan dan konseling pada periode ini tidaklah sepesat masa-masa sebelumnya.
Penyebab keterhambatan tersebut ada dua. Pertama,
kesempatan masuknya bimbingan dan konseling ke sekolah sudah terjadi pada
waktu-waktu sebelumnya. Kedua, depressi
besar dalam kehidupan ekonomi tahun 1929 menyebabkan pembiayaan sekolah
mengalami kemunduran secara drastis.Kelebihan pada periode ini meskipun dalam
waktu keterpurukan ekonomi adalah kemajuan dalam dua segi. Segi program, pada
periode ini para ahli menggunakan konsep tentang suatu keterpaduan
keterkoordinasian. Segi tehnik, perkembangan tehnik bimbingan mulai berkembang.
Ditandai dengan masuknya tes-tes psikologi pada tahun 1930-an.
5.
Periode modern (1945-sekarang)
Perang dunia II
memberikan dorongan kuat terhadap perkembangan bimbingan dan konseling semakin
nampak. Salah satu yang mencolok adalah ketika Angkatan Darat ikut melibatkan
sekolah menengah dan perguruan tinggi untuk memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada calon tentara.Pada periode ini juga tehnik-tehnik bimbingan
mengalami kemajuan yang pesat. Pemerataan terjadi di semua tingkatan sekolah,
dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Juga dikembangkan kode etik bagi
praktek-praktek bimbingan para anggota organisasi.[9]
C.
Sejarah
Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Bimbingan dan
konseling masih merupakan hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Tapi bukan
berarti kita masih sangat dini dalam hal penerapan bimbingan dan konseling. Periode
kelahiran dan perkembangan BK di Indonesia dapat dibagi menjaditujuh periode:
1.
Periode sebelum kemerdekaan
Kita
sudah mengenal Bimbingan dan Konseling sejak dulu Karena kita sudah mengenal BK
ketika sebelum merdeka. Contoh konkret adalah ketika para siswa wdimanfaatkan
oleh sebagian kalangan untuk memperjuangkan kemerdekaan melalui pendidikan.
Adalah K.H. Dewantara yang mulai menanamkan nasionalisme di kalangan para
siswanya. Dipandang dari caranya ini merupakan dasar pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2.
Periode 40-an
Periode
ini lebih fokus pada pemberantasan buta huruf. Yang merupakan akibat dari
rendahnya kualitas dan sedikitnya kesempatan anak bangsa untuk mengenyam
pendidikan. Hal ini sesuai dengan jiwa Pancasila UUD 45. Bimbingan pada kurun
waktu ini difokuskan untuk memecahkan masalah-masalah
tersebut.
3.
Periode 50-an
Tantangan
bimbingan pada periode ini begitu besar yaitu memecahkan masalah kebodohan dan
keterbelakangan rakyat Indonesia. pendidikan mendapat porsi lebih karena memang
waktu itu bimbingan dituntut untuk membantu siswa agar bisa berprestasi.[10] Dan secara khusus bimbingan dan konseling memang
bertujuan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan perkembangannya
yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karir.[11]
4.
Periode 60-an
Bimbingan
dan konseling pada periode ini mulai dibicarakan dalam forum-forum formal
semisal seminar dan loka karya. Hal itu terjadi pada tahun 1960 di Malang.
Konfrensi ini melahirkan keputusan bahwa bimbingan dan penyuluhan dimasukkan
dalam kurikulum FKIP. Di sinilah letak perkembangan bimbingan dan konseling
pada dekade 60-an.[12]
5.
Periode 70-an
Periode
ini merupakan masa di mana bimbingan mulai berbenah diri, dari segi penataan
legalitas sistem dan pelaksaannya. Pelaksanaan bimbingan dan konseling
dilakukan dengan dua cara konseptual dan operasional. Dengan cara ini semua
lapisan masyarakat dapat merasakan apa, mengapa, bagaimana dan di mana
bimbingan dan konseling.[13]
6.
Periode 80-an
Setelah
berbenah mulailah pemantapan dilakukan untuk menjadikan bimbingan yang
profesional. Baik itu profeional dalam layanan, sistem, pengelolaan dan
organisasi. Berbagai upaya dilakukan guna mencapai tujuan tersebut, di
antaranya penyempurnaan kurikulum, penyempurnaan seleksi mahasiswa baru,
penataan perguruan tinggi dan lain sebagainya yang turut membantu perbaikan dan
pemantapan bimbingan dan konseling.[14]
7.
Periode menuju era lepas landas
Kehidupan
nasional pada era ini menuntut setiap individu supaya lebih mandiri dan
disiplin serta berintegritas. Kemampuan ini diharapkan dapat memicu orang untuk
berfikir lebih dewasa dan dapat menyelesaikan masalah pribadi dengan cara-cara
yang mencerminkan sikap kedewasaan bukan dengan jalan pintas.[15]
Sebagai makhluk yang hidup di negara
pancasila, sudah selayaknya menjadikan pancasila sebagai dasar bersosial.
Pancasila juga menuntut kita untuk bisa menunjukkan ciri-ciri kepribadian di
tengah derasnya arus globalisasi dan westernisasi. Bimbingan dan konseling yang
erat kaitannya dengan pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar untuk
mewujudkan manusia pancasila tersebut.[16]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1.
Bimbingan dan konseling sangatlah
dibutuhkan dalam masyarakat. Utamanya bagi
mereka yang mempunyai masalah tetapi tidak dapat menyelesaikan masalahnya
sendiri, melainkan masih butuh bantuan orang lain.
2.
Proses lahir BK di Barat bermula dari pendidikan. Selanjutnya BK berkembang
cukup pesat dan diterima oleh sebagian besar lapisan masyarakat.
3.
Di Indonesia BK sudah dikenal sejak penjajahan dan berkembang dari
pendidikan juga. Setelah mendapat legitimasi melalui undang-undang dari
pemerintah, barulah BK secara resmi dilaksanakan di sekolah-sekolah dan
instansi yang melayani BK.
B.
Saran
Pengaruh
masalah terhadap kejiwaan seseorang cukup besar. Sehingga ketika manusia
ditimpa masalah tidak sedikit dari mereka yang menempuh jalan pintas sebagai
solusi. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang cenderung menggunakan upaya
kekeluargaan dan salah satunya adalah bimbingan dan konseling ini. Teruslah
berkembang dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sekitar, karena kehidupan
yang singkat ini akan terasa berharga jika kita dapat memberi bukan meminta.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib,
Zainal. 2012, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Bandung:
Yrama Widya.
Corel, Gerald. 2009, Teori
dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT. Refika Aditama
Damayanti, Nidya. 2012, Buku Pintar
Panduan Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: Araska.
Ketut Sukardi, Dewa. 2008, Pengantar
Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka
Cipta.
Mappiare, Andi. Tth, Buku Pegangan
Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional.
Mappiare,
Andi. 2011, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Miftah, Zainul. 2011, Implementasi
Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan Konseling, Surabaya: Gena Pratama
Pustaka.
Walgito,
Bimo. 2004, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset.
Walgito,
Bimo. 2010, Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier), Yogyakarta:
Andi Offset.
Yusuf, Syamsu, dkk. 2012, Landasan
Bimbingan dan Konseling, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
[3]Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung:
PT. Refika Aditama), hal. 17
[5] Andi Mappiare,
Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 9
[6] Dewa Ketut
Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hal. 2
[8] Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, hal:
13-14
[9] Andi Mappiare,
Buku Pegangan Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Surabaya:
Usaha Nasional, tth), hal.61-75
[10] Nidya
Damayanti, Buku Pintar Panduan
Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Araska, 2012), hal.
22-23
[11]Syamsu Yusuf, dkk, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 14
[13] Zainul Miftah,
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: Gena Pratama
Pustaka, 2011), hal. 21
[14] Ibid, 22
[15] Ibid, 22-23
[16] Ibid, 24
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home