Friday 22 April 2016

Makalah Sejarah Perkembangan Bimbingan Konseling



LATAR BELAKANG DAN SEJARAH PERKEMBANGAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar BK
                                                                                                                                  










 


Dosen Pengampu:
Dra. Ragwan Albaar, M.Fil.I
Oleh:
Kelompok 2
Ahmad Rifai Sinaga             B53214014 (C.3)
Moh. Mizan Asrori               B53214023 (C.3)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2014

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim
            Kicauan burung di pagi hari menyadarkan kita dari tidur panjang tak bermakna. Dengan mengucap basmalah, kami mulai proses penyusunan makalah Pengantar Bimbingan dan Konseling dengan tema “Latar Belakang dan Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling”.Kami dituntut untuk pandai merangkai kata dan mulai mengingat apa-apa yang pernah kami baca. Sebuah proses terkadang memang terasa berat tapi kami yakin akan menuai manisnya kelak.
            Terima kasih kami samapaikan kepada semua pihak yang ikut mensukseskan penyusunan makalah ini utamanya kepada Ibu Dra. Ragwan Albaar, M.Fil.I selaku dosen pengampu mata kuliah pengantar Bimbingan dan Konseling yang senantiasa membimbing kami dengan sabar dan tabah. Teman-teman kelas C.3 BKI yang selalu mensuport kami untuk terus menatap masa depan.
            Kekurangan dari makalah ini pasti lebih kentara dari pada kelebihannya. Oleh karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan sebagai perbaikan kami ke depan.

Surabaya, 11 September 2014

Penyusun


















BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Hidup tidak akan pernah lepas dari yang namanya masalah. Entah itu masalah kecil ataupun besar, ada kalanya kita dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan diri sendiri namun tidak sedikit dari mereka yang membutuhkan orang lain untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Sebagai makhluk yang diciptakan untuk saling melengkapi, manusia dituntut untuk senantiasa menolong dan membantu sesamanya.
Bantuan kita dapat berupa bantuan fisik, materi ataupun berupa buah pikiran seperti membimbing dan mengarahkan orang lain sehingga dapat keluar dari masalah yang sedang mencengkeram kehidupannya.
Alangkah mulianya orang yang dapat membantu orang lain, di sinilah peran seorang konselor dibutuhkan guna mewujudkan cita-cita luhur sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
B.     RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini dapat diurai sebagai berikut :
1.    Apa yang menjadi latar belakang perlunya Bimbingan dan Konseling?
2.    Bagaimana sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Barat?
3.    Bagaimana sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia?

C.    TUJUAN
Tujuan pembahasan kali ini adalah :
1.    Mengetahui dan memahami latar belakang perlunya Bimbingan dan Konseling
2.    Mengetahui sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Barat
3.    Mengetahui sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia.













                                                                                                            





BAB II
LATAR BELAKANG DAN SEJARAH PERKEMBANGAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

A.    Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling
Manusia lahir ke dunia ini membawa takdir yang telah digariskan ketika masih dalam kandungan ibunya. Nasib dan kehidupan mereka bermacam-macam, ada yang bahagia dan ada pula yang sengsara. Kebutuhan akan kebahagiaan membuat manusia melakukan usaha untuk bahagia dalam hidup yang singkat ini. Namun sebahagia apapun manusia pasti pernah mengalami masalah.
Kebahagiaan dan masalah silih berganti. Dan masalah itupun pasang surut, satu masalah selesai masalah yang lain datang menghadang. Terkadang manusia dapat menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan orang lain, namun tidak sedikit dari mereka yang membutuhkan uluran tangan sesamanya untuk keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Bimbingan dan konseling sangat berperan, khususnya bagi golongan yang kedua tersebut.[1] Artinya bimbingan dan konseling dibutuhkan olehorang yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Dalam perkembangan kehidupan, manusia selalu berusaha untuk berkembang dan ingin sesuatunya berjalan lebih mudah. Semakin berkembang kehidupan manusia maka akan semakin kompleks permasalahan yang terjadi. Khususnya bagi masyarakat modern yang segala kebutuhannya serba instan. Begitupun dengan mayarakat yang kehidupannya masih belum maju dan belum begitu modern. Bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan guna menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.[2]
Zaman globalisasi menyajikan kemudahan dan kenyamanan bagi manusia. Utamanya mereka yang hidup di tengah-tengah kemajuan sains dan teknologi. Kemudahan tersebut dicapai demi mendapat kebahagiaan. Namun dampak globalisasi tidak hanya positif tetapi ada kalanya yang bersifat negatif.
Di antara sekian masalah yang sering dialami manusia sebagai dampak negatif dari globalisasi ini di antaranya :
1.    Rasa resah gelisah dalam diri masyarakat yang diakibatkan oleh konflik, stres, cemas dan frustasi. Rasa cemas itu merupakan keadaan tegang yang memotivasi untuk berbuat sesuatu.[3]
2.    Adanya kecenderungan pelanggaran disiplin.
3.    Ambisi kelompok yang dapat menimbullkan konflik baik berupa konflik psikis maupun fisik.
4.    Pengambilan jalan keluar yang salah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif, seperti obat-obatan terlarang.
Dari sekian banyak masalah tersebut, diperlukan manusia yang bermutu dan memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk memecahkan masalah tersebut. Bermutu seperti apakah yang dimaksud? Tentunya orang yang harmonis lahir dan batin, sehat jasmani dan rohani, bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara profesional serta dinamis dan kreatif. [4]
            Bimbingan dan konseling juga berperan dalam upaya penyelesaian masalah yang terjadi. Karena seorang yang profesional pun masih membutuhkan metode atau cara, dan metode ini dinilai cukup efektif sebagai cara mencari jalan keluar. Cukup beralasan memang mengapa harus memakai bimbingan dan konseling untuk menghadapi masalah dan persoalan hidup yang ada.
            Dari sekian hal yang terjadi memang bimbingan dan konseling bukan satu-satunya jalan. Akan tetapi bimbingan dan konseling merupakan salah satu  upaya profesional yang berdimensi banyak. Dan kemunculan bimbingan dan konseling dilatar belakangi oleh berbagai pertanyaan yang muncul dan membutuhkan jawaban. Dari segi eksistensinya bimbingan dan konseling dapat disejajarkan dengan psikiatris, psikoterapi, kedokteran dan penyuluhan sosial.[5]
            Melihat berbagai keunggulan dan kelebihan bimbingan dan konseling sudah barang tentu sangat dibutuhkan di masyarakat dengan harapan dapat menyelesaikan dan mendapatkan jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Karena bagaimanapun seseorang yang masih waras dan akalnya masih sehat pasti akan mencari jalan keluar yang waras dan sehat pula. Dan jarang di antara mereka yang menggunakan jalan pintas, karena kebanyakan dari mereka masih memegang kuat-kuat dan meyakini bahwa setiap kesulitan ada kemudahan.
B.     Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Barat
Munculnya bimbingan dan konseling di barat tidak lepas dari campur tangan seorang Frank Parsons yang di kemudian hari populer dengan sebutan The Father of Guidance. Ia sangat menekankan pentingnya memberikan pertolongan kepada orang lain supaya dapat memahami dan mengenal pribadi masing-masing, sehinggamereka akan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri mereka, supaya mereka bisa menggunakan keahliannya dengan tepat. Dialah yang mendirikan “Vocational Bureau” pada tahun 1908 M atau sekitar abad ke-20.[6]
Dari berbagai literatur disebutkan ternyata ada yang lebih dulu mengaplikasikan bimbingan daripada Parsons. Dialah Jesse B. Davis seorang konselor yang bekerja di sebuah sekolah menengah di Detroit. Selama kurun waktu sepuluh tahun dia memberikan bantuan untuk mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral dan jabatan siswa. Setelah itu barulah pendirian  “Vocational Bureau” dilakukan oleh Frank Parsons. Selain itu perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika cukup pesat hal itu ditandai dengan berdirinya APGA (American Personnel and Guidance Association)pada tahun 1952. Kemudian pada bulan Juli 1983 organisasi ini berubah nama menjadi AACD (American Association for Counseling and Development).[7]
            Setelah perang dunia II peran bimbingan dan konseling lebih tertuju kepada masyarakat, lebih-lebih kepada para tentara yang baru datang dari medan perang dan akan kembali ke masyarakat. Demikian merupakan bukti bahwa bimbingan dan konseling yang sekarang merupakan tindak lanjut dari apa yang telah diperjuangkan oleh Frank Parsons.[8]
            Dilihat dari proses lahir dan berkembangnya bimbingan dan konseling di Amerika dapat dibagi dalam lima periode :
1.    Periode embriyo (1898-1907)

Gerakan bimbingan mulai ada dan dirintis oleh George Merril, ia menyelipkan bimbingan jabatan dalam “The California School of Mechanical Arts” di San Fransisco pada tahun 1895. Kemudian pada tahun 1898 Detroid memusatkan perhatian pada penyuluhan jabatan dan pendidikan jabatan di “Central High School” . Disusul penyisipan bimbingan jabatan ke dalam mata pelajaran bahasa Inggris dilengkapi suatu dasar yang teratur oleh J.B. Davis.

2.    Periode pertumbuhan (1908-1918)
Pada tahun 1908 seorang Frank Parsons mendirikan “Vocational Bureau” di Boston. Biro jabatan ini didirikan untuk memberikan konseling jabatan secara sistematis kepada para pemuda entah itu tentang jabatan maupun hal lain. Sebelum meninggal Parsons sempat menulis buku dan diterbitkan pada tahun 1909 yang berjudul “Choosing A Vocational”.Pemikiran Parsons tentang pentingnya analisa ilmiah dan memperhatikan pribadi-pribadi individu dalam bimbingan jabatan memberikan pengaruh yang sangat kuat kepada para ahli yang muncul setelahnya.
3.    Periode pergolakan pendidikan (1918-1929)
Pada periode ini terdapat usaha-usaha untuk menuju kea rah pendidikan dan memajukan perseorangan. Yang demikian berakibat pada kembalinya peranan penting bimbingan dan layanan personal kembali diingat oleh kaum akademisi. Dalam periode ini perhatian terhadap dinamika individu mendapat porsi lebih. Demikian pula pendekatan studi kasus dalam proses membimbing dan mengkonseling dimulai pada periode ini. Dalam perkembangannya konsep bimbingan dan konseling mulai terbentuk oleh adanya pertimbangan direktif melalui interviu yang berpadu. Petugas menggunakan data tes untuk mempelajari segala hal yang berkaitan dengan klien. Data tersebut sanagat penting untuk proses evaluasi dan mengarahkan klien pada jalan yang baik untuk dirinya.
4.    Periode ketaktentuan ekonomi (1929-1945)
Perkembangan bimbingan dan konseling pada periode ini tidaklah sepesat masa-masa sebelumnya. Penyebab keterhambatan tersebut ada dua. Pertama, kesempatan masuknya bimbingan dan konseling ke sekolah sudah terjadi pada waktu-waktu sebelumnya. Kedua, depressi besar dalam kehidupan ekonomi tahun 1929 menyebabkan pembiayaan sekolah mengalami kemunduran secara drastis.Kelebihan pada periode ini meskipun dalam waktu keterpurukan ekonomi adalah kemajuan dalam dua segi. Segi program, pada periode ini para ahli menggunakan konsep tentang suatu keterpaduan keterkoordinasian. Segi tehnik, perkembangan tehnik bimbingan mulai berkembang. Ditandai dengan masuknya tes-tes psikologi pada tahun 1930-an.
5.    Periode modern (1945-sekarang)

Perang dunia II memberikan dorongan kuat terhadap perkembangan bimbingan dan konseling semakin nampak. Salah satu yang mencolok adalah ketika Angkatan Darat ikut melibatkan sekolah menengah dan perguruan tinggi untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada calon tentara.Pada periode ini juga tehnik-tehnik bimbingan mengalami kemajuan yang pesat. Pemerataan terjadi di semua tingkatan sekolah, dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Juga dikembangkan kode etik bagi praktek-praktek bimbingan para anggota organisasi.[9]

C.    Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Bimbingan dan konseling masih merupakan hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Tapi bukan berarti kita masih sangat dini dalam hal penerapan bimbingan dan konseling. Periode kelahiran dan perkembangan BK di Indonesia dapat dibagi menjaditujuh periode:
1.        Periode sebelum kemerdekaan
Kita sudah mengenal Bimbingan dan Konseling sejak dulu Karena kita sudah mengenal BK ketika sebelum merdeka. Contoh konkret adalah ketika para siswa wdimanfaatkan oleh sebagian kalangan untuk memperjuangkan kemerdekaan melalui pendidikan. Adalah K.H. Dewantara yang mulai menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dipandang dari caranya ini merupakan dasar pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2.        Periode 40-an
Periode ini lebih fokus pada pemberantasan buta huruf. Yang merupakan akibat dari rendahnya kualitas dan sedikitnya kesempatan anak bangsa untuk mengenyam pendidikan. Hal ini sesuai dengan jiwa Pancasila UUD 45. Bimbingan pada kurun waktu ini difokuskan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.
3.        Periode 50-an
Tantangan bimbingan pada periode ini begitu besar yaitu memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. pendidikan mendapat porsi lebih karena memang waktu itu bimbingan dituntut untuk membantu siswa agar bisa berprestasi.[10] Dan secara khusus bimbingan dan konseling memang bertujuan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karir.[11]
4.        Periode 60-an
Bimbingan dan konseling pada periode ini mulai dibicarakan dalam forum-forum formal semisal seminar dan loka karya. Hal itu terjadi pada tahun 1960 di Malang. Konfrensi ini melahirkan keputusan bahwa bimbingan dan penyuluhan dimasukkan dalam kurikulum FKIP. Di sinilah letak perkembangan bimbingan dan konseling pada dekade 60-an.[12]
5.        Periode 70-an
Periode ini merupakan masa di mana bimbingan mulai berbenah diri, dari segi penataan legalitas sistem dan pelaksaannya. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan dengan dua cara konseptual dan operasional. Dengan cara ini semua lapisan masyarakat dapat merasakan apa, mengapa, bagaimana dan di mana bimbingan dan konseling.[13]
6.        Periode 80-an
Setelah berbenah mulailah pemantapan dilakukan untuk menjadikan bimbingan yang profesional. Baik itu profeional dalam layanan, sistem, pengelolaan dan organisasi. Berbagai upaya dilakukan guna mencapai tujuan tersebut, di antaranya penyempurnaan kurikulum, penyempurnaan seleksi mahasiswa baru, penataan perguruan tinggi dan lain sebagainya yang turut membantu perbaikan dan pemantapan bimbingan dan konseling.[14]
7.        Periode menuju era lepas landas
Kehidupan nasional pada era ini menuntut setiap individu supaya lebih mandiri dan disiplin serta berintegritas. Kemampuan ini diharapkan dapat memicu orang untuk berfikir lebih dewasa dan dapat menyelesaikan masalah pribadi dengan cara-cara yang mencerminkan sikap kedewasaan bukan dengan jalan pintas.[15]
            Sebagai makhluk yang hidup di negara pancasila, sudah selayaknya menjadikan pancasila sebagai dasar bersosial. Pancasila juga menuntut kita untuk bisa menunjukkan ciri-ciri kepribadian di tengah derasnya arus globalisasi dan westernisasi. Bimbingan dan konseling yang erat kaitannya dengan pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar untuk mewujudkan manusia pancasila tersebut.[16]














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1.      Bimbingan dan konseling sangatlah dibutuhkan dalam masyarakat. Utamanya bagi mereka yang mempunyai masalah tetapi tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, melainkan masih butuh bantuan orang lain.
2.      Proses lahir BK di Barat bermula dari pendidikan. Selanjutnya BK berkembang cukup pesat dan diterima oleh sebagian besar lapisan masyarakat.
3.      Di Indonesia BK sudah dikenal sejak penjajahan dan berkembang dari pendidikan juga. Setelah mendapat legitimasi melalui undang-undang dari pemerintah, barulah BK secara resmi dilaksanakan di sekolah-sekolah dan instansi yang melayani BK.

B.     Saran
Pengaruh masalah terhadap kejiwaan seseorang cukup besar. Sehingga ketika manusia ditimpa masalah tidak sedikit dari mereka yang menempuh jalan pintas sebagai solusi. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang cenderung menggunakan upaya kekeluargaan dan salah satunya adalah bimbingan dan konseling ini. Teruslah berkembang dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sekitar, karena kehidupan yang singkat ini akan terasa berharga jika kita dapat memberi bukan meminta.

















DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2012, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Bandung: Yrama Widya.
Corel, Gerald. 2009, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT. Refika Aditama
Damayanti, Nidya. 2012, Buku Pintar Panduan Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: Araska.
Ketut Sukardi, Dewa. 2008, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Mappiare, Andi. Tth, Buku Pegangan Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional.
Mappiare, Andi. 2011, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Miftah, Zainul. 2011, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan Konseling, Surabaya: Gena Pratama Pustaka.
Walgito, Bimo. 2004, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset.
Walgito, Bimo. 2010, Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier), Yogyakarta: Andi Offset.
Yusuf, Syamsu, dkk. 2012, Landasan Bimbingan dan Konseling,  Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.












[1] Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi, 2004), hal. 9
[2] Bimo Walgito, Bimbingan  + Konseling (studi & karir), (Yogyakarta: Andi, 2010), hal. 10
[3]Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika Aditama), hal. 17
[4] Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2012), hal.11
[5] Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 9
[6] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hal. 2
[7] Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, hal. 13-14
[8] Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, hal: 13-14
[9] Andi Mappiare, Buku Pegangan Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, tth), hal.61-75
[10] Nidya Damayanti, Buku Pintar Panduan  Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Araska, 2012), hal. 22-23
[11]Syamsu Yusuf, dkk, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 14
[12] Andi Mappiare, Buku Pegangan Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, hal. 104
[13] Zainul Miftah, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan  Konseling, (Surabaya: Gena Pratama Pustaka, 2011), hal. 21
[14] Ibid, 22
[15] Ibid, 22-23
[16] Ibid, 24

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home