LAPORAN RAHMAT HIDAYAT
Nama
: Rahmat Hidayat
NIM : B53214034
Mata
Kuliah : Konseling
Multikutural
Dosen Pengampu :
Dra. Psi. Mierrina, M.Si.
DRAFT PENYUSUNAN LAPORAN
A.
Identitas dan Latar Belakang Subjek
Nama
lengkap :
Rahmat Hidayat
Jenis
kelamin : Laki-laki
Tempat/
tanggal lahir : Pangkaje’ne 18 Februari 1997
Alamat lengkap :
Lekoboddong, Kel. Anrong appaka, Kec. Pangkaje’ne,
Kabupaten Pangkep
No
telepon :
085298934654
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Tinggi
badan : -
Warna
kulit : Sawo
matang
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku : Makassar
Pendidikan
SD :
SDN 8 Pacce’lang
SMP : MTs
Darussalam Anrong appaka
SMA : MA
DDI Darul Ihsan Makassar
MA DDI
Ash-shirathal Mustaqim Baru-Baru
Tanga
Sarjana : Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Data
keluraga
Nama
Ayah : M
Idris H. Hamittu
Nama
Ibu :
St. Nahwa
Alamat
Ayah :
Lekoboddong
Alamat
Ibu :
Lekoboddong
Pekerjaan
Ayah : -
Pekerjaan
Ibu : Ibu
Rumah Tangga
No
Telp :
0852-9997-5320
Latar belakang
subjek
Aku Rahmat
Hidayat, seorang anak yang terlahir dari keluarga sederhana. Siti. Nahwa,
seorang wanita cantik dari kampung lekoboddong. Gadis cantik sekaligus putri
bungsu dari H. Sudding dan H. Munca. H.
Sudding ini adalah seorang kiyai di desaku, hampir seluruh warga kampung di
sekitar kakekku hormat kepadanya. Bukan
hanya itu, aku memiliki seorang ayah yang baik, pengertian, dan pemberani
bernama M. Idris H. Seorang putra sulung H. Hamittu. Kakekku yang satu ini bisa
dibilang orang terkemuka di kampungnya yaitu kampung Sanrangan.
Horizontal
transmission, banyak hal yang saya pelajari dari lingkungan saya terutama
keluarga, seperti cara makan cara berbicara tingkahlaku dan lain sebagainya. Salah satu contoh yang saya tiru dari keluarga
ketika makan adalah menggunakan tangan kanan ndalam menyuap dan tidak membuang
sisa nasi yang ada artinya nasi harus
dihabiskan. Semuanya itu saya pelajari dan diajarkan oleh keluarga saya. Salah
satu contoh lagi yang diajarkan adalah
ketika makasn, pada saat makan berkuah adalah dengan tidak menyisakan kuahnya
dan harus dihabiskan juga.
Oblique
transmission, hampir sama dengan horizontal transmission yaitu cara makan yang
banyak saya tiru dan cara berbicara dari tante dan om ketika ada acara
keluarga. Adapun yang diajarkan adalah dengan cara mencuci sendiri piring yang
telah dipakai.
Vertical
transmission, untuk vertical transmission sendiri cukup berpengaruh dalam
tingkah laku yang saya tiru, baik itu dari segi pergaulan, cara ngomong, hobi
dan lainya. Itu semua terjadi karena kami masih seumuran dan sering bertemu dan
akhirnya terjadi kecocokan dalam berinteraksi.
B.
Identitas dan Latar Belakang Diri
Nama
lengkap : Ahmad
Rizam Fanani
Jenis
kelamin : Laki-laki
Tempat/
tgl lahir : Gresik/
19 Oktober 1997
Alamat lengkap :
Jln. Sedarda Kelurahan Pangka Wetan Kec.
Ujung Pangkah
No
Telpon : -
Agama : Islam
Status :
Mahasiswa
Tinggi
badan :
-166
Warna
kulit : Sawo
matang
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku : Jawa
Pendidikan
SD :
SD Al-Azhar Bedokoran (kelas 1-2)
MI Al-Muniroh 1
SMP : MTs
Al-Muniroh 1
SMA : MA
Al-Muniroh 1
Sarjana : Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Data
Keluraga
Nama
Ayah : Hafidz
Nama
Ibu : St.
Khoiroh
Alamat Ayah :
Jln. Sedarda Kelurahan Pangka Wetan Kec.
Ujung Pangkah
Alamat Ibu :
Jln. Sedarda Kelurahan Pangka Wetan Kec.
Ujung Pangkah
Pekerjaan
Ayah : Guru
Pekerjaan
Ibu :
Pedagang
No
Telp :
-
Nama
Kakek (Dari Ayah) : Mbah Mustofa
Nama
Nenek (Dari Ayah) : Mbah Zulfa
Jumlah
Saudara Ayah : 8 Orang
Jumlah
Saudara Ibu : 4 Orang
Vertical
Transmission
1.
General
enculturation (umum)
Makan
dengan tangan kanan seperti yang terjadi
dalam keluarganya dan meniru kebiasaan tersebut sampai sekarang.
Berbicara.
Sama halnya dengan makan tadi, tapi dalam konteks ini ia lebih banyak meniru
dari apa yang ia dengarkan dan telah tertanam dalam dirinya ketika berbicara
menggunakan bahasa jawa.
2.
Specific
sosialitation (kebiasaan khusus yang diajarkan)
Makan,
ketika bersama ibu dan bapak ia selalu melihat makan itu menggunakan sendok, dan akhirnya
menjadi kebiasaan dia.
Berbicara,
harus menggunakan bahasa jawa yang halus ketika berbicara dengan orang yang
lebih dewasa.
Oblique
Transmission
1.
One
group
a.
General
enculturation
Makan,
ketika dalam acara keluarga ia melihat tante dan pamannya makan dengan
cepat-cepat.
b.
Specific
socialization
Makan
menggunakan sendok di tangan kanan dan garpu di tangan kiri.
2.
Other
group
a.
General
enculturation
Makan,
sebelum makan ia meniru kebiasaan para guru untuk berdo’a terlebih dahhulu.
b.
Specific
socialization
Berbicara,
ia diajarkan oleh ustadz untuk
mengeluarkan kata-kata yang santun.
Horizontal
Transmission
a.
General
enculturation
Makan,
ketika melihat teman-temannya makan banyak ia juga ikut makan dalam porsi yang
banyak.
Bicara,
ketika berkumpul dengan teman ia meniru sedikit logat yang dimiliki oleh
temannya
b.
Specific
socialization
Kumpul
bareng, ketika bersama teman-teman ia sering diajarkan untuk kumpul bareng,
bercanda tawa.
Pergaulan,
ketika masih di pondok laki-laki pisah dengan perempuan, namun ada sesuatu yang
ia pelajari dari teman kampusnya yaitu pergaulan antara laki-laki dan
perempuan.
C.
Hasil Kontak dan Wawancara Subjek
Pertemuan
pertama
Dari hasil wawancara yang saya lakukan hari jum’at
27 Mei 2016 saya mendapatkan banyak informasi dari klient dan berikut uraiannya
Jadi klien ini lahir di Gresik 19 tahun yang lalu. Mulai lahir
sampai umur 6 tahun ia tinggal bersama orang tuanya di Gresik. Namun setelah itu ia pindah ke rumah neneknya
dan bersekolah di kampung neneknya selama
dua tahun, di SD Al-azhar Bedokoran
Gresik. Selepas dua tahun ia pindah lagi ke kampong ibunya dan bersekolah di Madrasah
Ibtidaiyah Al-Muniroh 1 Gresik. Dari pengakuan klien, ketika ia masih duduk di
bangku SD ia adalah seorang anak yang hiper aktif dan sering tawuran dengan
teman kelas lain. jadi waktu kecil ia sering bermain bola dengan kelas lain dan
dalam permainan tersebut sering terjadi kekerasan fisik dan berakhir dengan
tawuran antar kelas. Namun dengan teman kelas ia akrab dan ramah. Ketika ia
sudah menginjak kelas 6 SD orang tuanya memutuskan untuk menaruhnya di pondok
dan berpisah tempat tinggal dengan orang tuanya.
Ketika SMP
Setelah
tamat sd ia kemudian melanjutkan pendidikan pada satu yayasan yang sama yaitu MTs
Al-Muniroh 1. Jarak rumah ke pondok dia sekitar 300 meter jadi ia bisa pulang
pergi, namun ia memutuskan untuk mondok saja suapaya bisa merasakan bagaimana
rasanya mondok. Klien saya ini termasuk orang yang pintar dan selalu masuk
dalam peringkat 10 besar. Tidak hanya itu ia juga aktif dalam organisasi
sekolah seperti osis dan pramuka.
Ketika
sma.
Masih
dengan sekolah yang sama yaitu ma Al-Muniroh 1, hampir sama dengan masa MTs ia
masih masuk dalam 10 besar dan aktif dalam organisasi. Dari pengakuannya bahwa
pondok Al-Muniroh itu termasuk dalam pondok yang sangat ketat, karena banyak
yang dikeluarkan jika melanggar dan juga bila ada tugas hafalan dan tidak
menjalankannya maka akan dipukul. Oleh karena itu santri di sana tergolong
sedikit saking ketatnya. Total dari seluruh santri yang mondok hanya 20 orang
dan yang pulang prig kurang lebih 100 orang.
Ketika
kulaih
Awalnya
ia ikut semua pendaftaran yang diadakan, namun usaha yang ia lakukan gagal,
akhirnya mendaftar lewat jalur mandiri dan Alhamdulillah lolos. Ia memilih Pendidikan Guru Madrasah
Ibtida’iyah karena arahan dari ayahnya. Ketik sudah kuliah ia merasa ada hal
yang baru dan aneh, yaitu kumpulan antara cewk dan cowok. Ia masih merasa
canggung ketika berbicara dengan cewek apalagi waktu presentasi. Seringkali apa
yang ia sudah konsepkan sebelum
presentasi buyar ketika sudah tampil.
Pertemuan
kedua
Pertemuan
kedua ini saya lakukan pada tanggal 28 Mei 2016 dan saya mulai menanyakan
tentang aktifitasnya di pondok
Dari
wawancara pada pertemuan kali ini saya mencatat berbagai hal dari dia. Motivasi
dia untuk memilih pondok sebagai tempat belajarnya adalah karena ikut sama
teman-teman. Dari pengakuannya pondok tersebut terbilang ketat dan tegas karena
santri yang bersekolah di sana adalah santri yang harus kuat tahan banting.
Salah satu contoh dari ketegasan pondok tersebut adalah ketika ada tugas
hafalan yang tidak dilaksankan dengan benar maka sanksinya adalah pukulan,
bahkan sanksi yang paling tegas dari pondok itu adalah mengeluarkan santrinya.
Sisi
lain yang saya gali dari klien ini adalah ia sering membantu kiyainya, seperti
bantu jaga kantin, bersih-bersih dan liannya.
Pertemuan
ketiga
Nah dalam pertemuan kali ini saya baru masuk
kedalam tugas yang diberikan oleh ibu yaitu Vertical Transmission, Oblique
Transmission dan Horizontal Transmission.
D.
Hambatan dalam Kontak Interaksi
Dalam sesi kontak dengan klien ini
saya menemukan beberapa hambatan seperti istilah-istilah ia gunakan berbahasa
jawa dan saya tidak paham dengan istilah tersebut, namun ia terus menjelaskan
hingga saya paham dengan istilah tersebut.
E.
Model Komunikasi yang Digunakan Berintraksi dengan Klien.
Model yang saya gunakan dalam
berinteraksi dengan klien adalah wawancara, yaitu saya menanyakan beberapa
pertanyaan dan mencatat hasil dari wawancara tersbut.
Adapun yang saya pelajari dari klien
adalah dari logat jawa yang ia gunakan sangat kental dan saya belajar
mempraktekkannya.