PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH
PENGANTAR BIMBINGAN KONSELING
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM
BIMBINGAN KONSELING
Dosen
Pembimbing:
Dra.
Ragwan Albaar, M.Fil
Disusun
:
Hafisa
Idayu (B53214017)
Nur
Faega (B53214031)
PERODI
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
2014
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin,
banyak nikmat yang telah Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat.
Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya. Sehingga kami
dapat menyelesaikan buku ini dengan judul “Pendekatan-Pendekatan Bimbing Konseling”.
Dalam penyusunannya kami memperoleh
banyak bantuan dari berbagai pihak,
karna itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para
pembimbing yang telah memberikan dukungan, inspirasi, serta kepercayaan yang
begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari buku kami ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar buku ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata
kami berharap agar buku ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Surabaya,
13 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar
belakang…………………………………………………………..3
b. Rumusan
masalah……………………………………………………….3
c. Tujuan
penulisan………………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN
1. Pendekatan
dalam bimbingan dan konseling…………………………..4
a. Pendekatan
psikoanalisis…………………………………………...4
b. Pendekatan
client-centered………………………………….……..7
c. Pendekatan
gestalt………………………………………….……...7
d. Pendekatan
behavioristik………………………………….……….7
e. Pendekatan
krisis…………………………………………………..8
f. Pendekatan
remedial…………………………………………….....8
g. Pendekatan
preventif……………………………………………....8
h. Pendekatan
perkembangan………………………………………...8
i.
Pendekatan
belajar………………………………………………....9
j.
Pendekatan
tradisonal……………………………………………...9
k. Pendekatan
development………………………………………......9
l.
Pendekatan
keluarga…………………………………………….....9
m. Pendekatan
emotif……………………………………………..…..9
n. Pendekatan
fitrah………………………………………………....10
o. Pendekatan
scientific…………………………………………..…10
BAB III PENUTUP……………………………………………………………….11
a. Kesimpulan……………………………………………………….11
b. Saran
……………………………………………………………...11
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendekatan
konseling (counseling approach)
disebut juga teori konseling, merupakan dasar bagi suatu praktek konseling.
Pendekatan itu dirasakan penting karena jika dapat dipahami berbagai pendekatan
atau teori-teori konseling, akan memudahkan dan menentukan arah proses
konseling. Akan tetapi, untuk kondisi Indonesia, memilih satu pendekatan secara
fanatik atau kaku adalah kurang bijaksana. Hal ini disebabkan suatu pendekatan
konseling biasanya dilatarbelakangi oleh paham filsafat tertentu yang mungkin
saja tidak sesuai sepenuhnya dengan paham filsafat di Indonesia. Disamping itu
mungkin saja layanan konseling yang dilaksanakan berdasar aliran tertentu
kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta kondisi social, budaya, dan,
agama.
Dunia
konseling memiliki berbgai macam pendekatan yang dapat dijadikan acuan dasar
pada semua praktik konseling. Masing-masing teori tertentu dapat dikemukakan
oleh ahli yang berbeda. Memahami berbagi pendekatan yang ada dalam konseling
adalah kewajiban bagi tenaga professional yang mengatasnamakan dirinya
konselor. Karena tidak dapat disangkal lagi bahwa teori konseling merupakan
landasan dasar terbentuknya konseling yang efektif.
B.
Rumusan
Masalah
Pendekatan
apa saja yang terdapat dalam bimbingan konseling ?
C.
Tujuan
Penulisan
Mengetahui
beberapa pendekatan yang terdapat dalam bimbingan konseling
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan
dalam bimbingan konseling
Pendekatan
dalam bimbingan konseling benar-benar diperlukan untuk mencapai tujuan
konseling yang terarah dan tidak asal-asalan. Tidak semua pendekatan dapat
dilakukan untuk menangani masalah klien. Konselor harus mempertimbangkan pula
standar kelayakan pendekatan yang berlaku di Indonesia. Seperti yang telah
penulis kemukakan sebelumnya, bahwa konseling memiliki berbagai macam
pendekatan yang dapat membantu konselordalam proses konseling,
pendekatan-pendekatan itu adalah:
1.
Pendekatan
Psikoanalisis
Corey (2009) mengatakan bahwa psikonalisis merupakan
teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan
gangguan kepribadian dan perilaku neurotis. Psikonalisis diciptakan oleh
Sigmund Freud pada tahun 1986. Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur
kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketaksadaran. Sedangkan alam
kesadarannya dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul ditngah laut.
Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkan alam ketaksadaran
manusia.[1]
Pada kemunculannya, teori freud ini banyak mengundang kontroversi, eksplorasi,
penelitian yang dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul
kemudian. Mulanya freud menggunakan teori hipnotis untuk menangani pasiennya.
Tetapi teknik ini ternyata tidak dapat digunakan pada semua pasien. Dalam
pekembangannya, freud menggunakan teknik asosiasi bebas (free association) yang kemudian menjadi dasar dari psikonalisis.
Teknik ini ditemukan ketika Freud melihat beberapa pasiennya tidak dapat
dihipnotis atau tidak memberikan tanggapan terhadap sugestiatau pertanyaan yang
mengungkapkan permasalahan klien (Gunarsa, 1996). Selanjutnya, Freud
mengembangkan lagi teknik baru yang dikenal sebagai analisis mimpi.
Menurut Willis (2009) pengertian psikonalisis meliputi tiga
aspek penting yaitu:
a. Sebagai
metode penelitian proses-proses psikis.
b. Teknik
untuk mengobati gangguan-gangguan psikis.
c. Sebagai
teori kepribadian.
Adapun hal-hal yang perlu dibicarakan mengenai
pendekatan psikonalisis ini adalah: bagaimana psikonalisis memandang
kepribadian manusia, perkembangan kepribadian, kesadaran dan ketidaksadaran,
mekanisme pertahanan ego, peran dan fungsi konselor, dan teknik-teknik terapi
yang digunakan dalam psikonalisis.
a. Dinamika
Kepribadian Manusia
Freud memandang kepribadian manusia tersusun
atas tiga sistem yang terpisah antara satu dengan yang lain, tetapi tetap
saling mempengaruhi. Ketiga sistem itu dikenal sebagai id, ego, dan superego.
1) Id
merupakan subsistem kepribadian asli yang dibawa manusia sejak awal ia
dilahirkan didunia. Pemenuhan Id tidak dapat ditunda, karena itulah id dianggap
seperti anak manja yang tidak berpikir logis dan bertindak hanya untuk
memuaskan kebutuhan naluriah.
2) Ego
berbeda dengan id yangbekerja hanya untuk memuaskan kebutuhan naluriah, ego
bertindak sebaliknya. Ego berperan menghadapi realitas hidup dan berasal dari
kebudayaan dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Cara kerja ego
berdasarkan prinsip realitas yang melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan
dunia riil.
3)
Superego merupakan
kode moral bagi individu yang menentukan apakah suatu tindakan baik atau buruk,
benar atau salah.
B. Perkembangan
kepribadian
Selain ketiga sistem
yang dibicarakan diatas, perkembangan kepribadian manusia menurut versi Freud
juga dipengaruhi oleh lima tahun pertama kehidupan yang dinamkan Freud sebagai
perkembangan psikoseksual. Secara berurutan fase perkembangan tersebut meliputi
fase oral, fase anal, fase phalik, fase laten, dan fase genital.
C. Kesadaran dan
Ketidaksadaran
Kesadaran
dan ketidaksadaran adalah bagian konsep terpenting yang dikemukakan oleh Freud.
Keduanya sangat menentukan tingkah laku dan permasalahan yang berhubungan
dengan kepribadian manusia. Freud membagi kesadaran menjadi tiga bagian utama,
yaitu alam sadar (conscious), alam prasadar (preconscious), dan alam bawah
sadar (uncosious).
D.
Mekanisme
Pertahanan Ego
Mekanisme
pertahanan ego adalah cara yang digunakan individu untuk mengatasi kecemasan
yang diakibatkan karena keinginannya tidak terpengaruhi.
E.
Peran
dan Fungsi Konselor
Dalam melakukan praktik psikonalisis, seorang
konselor akan bersikap anonym (konselor berusaha tidak kenal klien) dan hanya
berbagi sedikit pengalaman dan perasaannya agar klien dapat memproyeksikan
dirinyakepada konselor. Corey (2009) mengatakan bahwa fungsi utama konselor
dalam psikonalisis adalah membantu klien mencapai kesadaran dirinya, jujur,
mampu melakukanhubungan personal yang efektif, mampu menangani kecemasan serta
realistis dan mampu mengendalikan tingkah laku yang impulsive dan irasional.
F.
Tujuan
Psikoanalisis
Tujuan psikoanalisis secar perinci juga dikemukakan oleh
Nelson Jones (dikutip dari Latipun, 2001), anatara lain:
a. Bebas
dari impuls.
b. Memperkuat
realitas atas dasar fungsi ego.
c. Mengganti
superego sebagai realitas kemanusiaan, bukan sebagai hukuman standar moral.
Jadi hal yang paling ditekankan dalam psikoanalisis
adalah perasaan-perasaan dan ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri,
meskipun aspek kognitif juga patut dipertimbangkan.
G.
Teknik
Terapi dalam Psikoanalisis
Dalam hal ini konselor perlu mengetahui
teknik-teknik terapi dalam psikoanalisis harus dilakukan untuk mencapai tujuan
psikoanalisis seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam hal ini, ada lima
teknik dasar yang diguanakan oleh konselor yaitu asosiasibebas, penafsiran, analisis
resistensi, dan analisis transferensi (Corey, 2009).1[2]
2.
Pendekatan
Eksistensial-Humanistis
Pendekatan
eksistensial-humanistis pada hakikatnya mempercayai bahwa individu memiliki
potensi untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri
dan lingkungannya. Pendekatan ini sangat menekankan tentang kebebasan yang
bertanggung jawab. Jadi, individu diberikan kebebasan yang seluas-luasnya dalam
melakukan tindakan, tetapi harus berani bertanggung jawab sekalipun mengandung
risiko bagi dirinya sendiri. Pendekatan ini bukanlah suatu aliran terapi, dan
bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik.[3]
3. Pendekatan
Client- Centered
Berbicara pendekatan client-centered, mak kita akan mengenal Carl R. rogers yang
mengembangkan client-cetered untuk
diaplikasikanpada kelompok, keluarga, masyarakat, dan terlebih kepada individu.
Pendekatan ini dikembangkan atas anggapannya mengenai keterbatasan dari
psikoanalisis. Berbeda halnya dengan psikoanalisis yang mengatakan bahwa
manusia cenderung deterministik, Rogers menyatakan bahwa manusia adalah
pribadi-pribadi yang memiliki potensi untuk memecahkan permasalahannya sendiri.[4]
4.
Pendekatan
Gestalt
Pendekatan Gestalt merupakan bentuk terapi perpaduan
antara eksistensial-humanistis dan fenomenologi, sehingga memfokuskan diri pada
pengalaman klien”here and now” dan
memadukannya dengan bagian-bagian kepribadian yang terpecah di masa lalu.
Menurut pandangan Gesgtalt, untuk mengetahui sesuatu hal kita harus, melihatnya
secara keseluruhan, karena bila hanya melihat pada bagian tertentu saja, kita
akankehilangan karakteristik penting lainnya. Hal ini juga berlaku pada tingkah
laku manusia. Untuk menjadi pribadi yang sehat, individu harus merasakan dan
menerima pengalamannya secara keseluruhan tanpa berusaha menghilangkan
bagian-bagian tertentu. Ini dilakuakn untuk mencapai keseimbangan. Tetapi, pada
individu yang tidak sehat sehingga menagalami ketidakseimbangan, maka akan
muncul ketakutan dan ketegangan sehingga melakukan reaksi penghindaran dan
menyadarinya secara nyata (Gunarsa,1996).[5]
5.
Pendekatan
Behavioristik (Terapi Tingkah Laku)
Behavioristik adalah gabungan dari beberapa teori
belajar yang dikemukakanoleh ahli yang berbeda. Terapi behavioristik digunakan
sekitar awal 1960-an atas reaksi terhadap psikoanalisis yang dianggap tidak
banyak membantu mengatasi masalah klien. Adapun aspek penting dari pendekatan
ini adalah bahwa perilaku dapat didefinisikan secara operasional, diamati, dan
diukur. Pendekatan behavioristik merupakan pilihan utama yang dilakukan oleh para
konselor yang menghadapi masalah spesifik seperti gangguan makan,
penyalahguanaan obat, dan disfungsi psikoseksual.[6]
6.
Pendekatan
Krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif
merupakan uapaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis
atau bimbingn yang diarahkan kepada individu yang enagalami krisis atau
masalah. Bimbingan ini bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami
individu. Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh alairan psikoanalisis.[7]
7.
Pendekatan
Remedial
Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan
yang diarahkan kepada individu yang mengalami kekurangan atau kelemahan. Tujuan
bimbingan ini adalah untuk membantu memperbaiki kekurangan/ kelemahan yang
dialmi individu. Pendekatan remedial banyak mempengaruhi aliran psikologi
behavioristik.[8]
8.
Pendekatan
Preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang
diarahkan pada antisipasi masalah-masalah umum individu, mencegah jangan
samapai masalah tersebut menimpa individu. Pembimbing memberikan beberapa
upaya, seperti informasi dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.[9]
9.
Pendekatan
Perkembangan
Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan
kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang menghadapi masalah.
Bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara individual, kelompok, bahkan
klasikal melalui layanan pemberian informasi, diskusi, proses kelompok, serta
penyaluran bakat dan minat.[10]
10. Pendekatan
Kognitif
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa
kemapuan kognitif merupakan kunci yang membimbing tingkah laku anak. Pendekatan
ini dapat dikatakan sebagai pendekatan konstruktivisme yang menjelaskan bahwa
anak secara aktif menciptakan atau mengkreasi pengetahuan. Artinya, anak tidak
pasif menerima pengetahuan dari lingkungannya.
11. Pendekatan
Belajar/Lingkungan
Pendekatan ini melalui tingkah laku anak dalam
kondisi dan prinsip-prinsip dalam belajar.
12. Pendekatan
Tradisional
Dalam konseling, konselor lebih banyak menggunakan
waktunya untuk one-to-onerelationship
terhadap siswa yang mengalami problem.
Pembimbing sering mengadakan konsultasi dengan guru untuk meningkatkan suasana
belajar yang fariabel dan kelancaran proses belajar. Pembimbing sering juga
mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa, akan tetapi pokok pembicaraan
hanya berkisar pada anak yang mengalami problem saja, tidak meliputi
keseluruhan siswa disekolah tersebut.
13. Pendekatan
Developmental
Pendekatan ini memusatkan diri pada kepada anak-anak
yang normal dan kepada usaha-usaha penciptaan suasana belajar yang efektif,
sehat ,dan segar. Dalam hal ini, pembimbing tidak lagi bertanggung jawab atas
testing program dan pengadministrasian data. Jika ia menyelenggarakan tes,
bukan untuk kepentingan individual tetapi untuk keperluan keseluruhansiswa yang
lebih luas lagi. Kegiatan tes individual ditangani oleh psikologi atau oleh
stafnya.[11]
14. Pendekatan dalam
Konseling Keluarga
Tujuan dasar dari pendekatan ini adalah bekerja
dengan struktur kontrak yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap
konselor. Secra umum kontrak-kontrak ini memiliki tujuan suatu strukturkeluarga
yng independen dan fungsional.[12]
15. Pendekatan
Rasional Emotif
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir
rasiona, tetapi juga kecenderungan-kecenderungan kea rah berpikir curang. Mereka
cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang irasional itu,
tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan, dan menekankan berpikir,
menilai, menganalisis, melakukan, memutuskan ulang.[13]
16. Pendekatan
fitrah
Problem-problem yang merupakan kendala bagi baiknya
perkembangan fitrah itu diselesaikan melalui proses konselingislam. Untuk itu,
individu dibantu menemukan fitrahny, sehingga dapat selalu dekat dengan Allah
SWT dan bimbingan untuk mengembangkan dirinya, agar mampu memecahkan masalh
kehidupanny, serta dapat melakukan self
counseling dengan bimbingan Allah.[14]
17. Pendekatan
Scientific
Pendekatan ini berdasarkan atas hasil wawancara,
hasil penelitian prestasi belajar, hasil tes dsb.[15]
Itulah beberapa pendekatan dalam bimbingan konseling
yang sangat bermanfaat bagi para konselor. Dengan adanya pendekatan-pendekatan
ini seorang konselor dapat dengan mudah mengatasi masalah kliennya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dengan materi ini, kami
dapat menarik kesimpulan bahwa
pendekatan pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang baru. Sejak zaman dahulu
pendekatan ini sebenarnya telah ada. Di dalam menghadapi suatu kesulitan, orang
biasanya meminta bantuan untuk serta memecahakan kesulitannya itu. Melalui
beberapa pendekatan ini, seorang konselor dapat dengan mudah mengatasi masalah
kliennya.
B.
SARAN
Dengan adanya pembuatan makalah ini
kami sangat memohon kepada pembaca agar kiranya memberikan kritik dan saran
yang membangun, agar supaya dalam pembuatan makalah kedepannya akan lebih baik
lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Aqib, Zainal. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: YRAMA
WIDYA.2012.
Corey, Geralt. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Adikama. 2007.
Juntika Nurihsan, Achmad. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama. 2011.
Lumongga, Namora. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Terapi dan Praktik. Jakarta:
Kencana.2011
Mcleod, John. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Kencana.2006.
Mu’awamah, Elfi dan Hidayah, Rifah. Bimbingan Konseling Islami. Jakarta:
Bumi Aksara. 2009.
Salahuddin, Anas. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia. 2010.
Umam, khairul dan Aminuddin, achyar. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung:
Pustaka Setia. 1998.
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yokyakarta: ANDI. 2009.
Willi, Sofyan S. Konseling Individual Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta.2013.
[1] Sofyan S. Willis, Konseling IdividualTeori dan Praktek,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hal.57.
[2] Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik (Jakarta:Kencana,
2011), hal.140-153.
[3] Ibid.,153-154.
[4] Ibid.,154
[5] Ibid., 159-160
[6] Ibid., 167-168
[7] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan (Bandung: Relika Aditama,2006), hal. 21
[8] Ibid., 21
[9] Ibid.,21
[10] Ibid., 22
[11] Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah
(Bandung: Yrama Widya,2012), hal.46-47
[12]
Sofyan S. Willis, op. cit., hlm. 122.
[13] Afifuddin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 62
[14]
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling
dan Psikoterapi (Bandung: Refika Adikama, 2007), hal. 9
[15]
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di
Sekolah (Yogyakarta: ANDI, 2004),hal. 12