Thursday 28 April 2016

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM BIMBINGAN KONSELING



MAKALAH
PENGANTAR BIMBINGAN KONSELING
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM BIMBINGAN KONSELING


Dosen Pembimbing:
Dra. Ragwan Albaar, M.Fil

Disusun :

Hafisa Idayu (B53214017)
Nur Faega (B53214031)



PERODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
2014


                                                          KATA PENGANTAR
           
Alhamdulillahirabbil’alamin, banyak nikmat yang telah Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan buku ini dengan judul “Pendekatan-Pendekatan Bimbing Konseling”. Dalam penyusunannya  kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai  pihak, karna itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pembimbing yang telah memberikan dukungan, inspirasi, serta kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun kami berharap isi dari buku kami ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar buku ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar buku ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.


                                                                                                Surabaya, 13 Oktober 2014


                                                                                                            Penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I             PENDAHULUAN
a.    Latar belakang…………………………………………………………..3
b.   Rumusan masalah……………………………………………………….3
c.    Tujuan penulisan………………………………………………………...3
BAB II            PEMBAHASAN
1.      Pendekatan dalam bimbingan dan konseling…………………………..4
a.       Pendekatan psikoanalisis…………………………………………...4
b.      Pendekatan client-centered………………………………….……..7
c.       Pendekatan gestalt………………………………………….……...7
d.      Pendekatan behavioristik………………………………….……….7
e.       Pendekatan krisis…………………………………………………..8
f.       Pendekatan remedial…………………………………………….....8
g.      Pendekatan preventif……………………………………………....8
h.      Pendekatan perkembangan………………………………………...8
i.        Pendekatan belajar………………………………………………....9
j.        Pendekatan tradisonal……………………………………………...9
k.      Pendekatan development………………………………………......9
l.        Pendekatan keluarga…………………………………………….....9
m.    Pendekatan emotif……………………………………………..…..9
n.      Pendekatan fitrah………………………………………………....10
o.      Pendekatan scientific…………………………………………..…10
BAB III          PENUTUP……………………………………………………………….11
a.        Kesimpulan……………………………………………………….11
b.      Saran ……………………………………………………………...11



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendekatan konseling (counseling approach) disebut juga teori konseling, merupakan dasar bagi suatu praktek konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena jika dapat dipahami berbagai pendekatan atau teori-teori konseling, akan memudahkan dan menentukan arah proses konseling. Akan tetapi, untuk kondisi Indonesia, memilih satu pendekatan secara fanatik atau kaku adalah kurang bijaksana. Hal ini disebabkan suatu pendekatan konseling biasanya dilatarbelakangi oleh paham filsafat tertentu yang mungkin saja tidak sesuai sepenuhnya dengan paham filsafat di Indonesia. Disamping itu mungkin saja layanan konseling yang dilaksanakan berdasar aliran tertentu kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta kondisi social, budaya, dan, agama.
Dunia konseling memiliki berbgai macam pendekatan yang dapat dijadikan acuan dasar pada semua praktik konseling. Masing-masing teori tertentu dapat dikemukakan oleh ahli yang berbeda. Memahami berbagi pendekatan yang ada dalam konseling adalah kewajiban bagi tenaga professional yang mengatasnamakan dirinya konselor. Karena tidak dapat disangkal lagi bahwa teori konseling merupakan landasan dasar terbentuknya konseling yang efektif.

B.     Rumusan Masalah
Pendekatan apa saja yang terdapat dalam bimbingan konseling ?

C.       Tujuan Penulisan
Mengetahui beberapa pendekatan yang terdapat dalam bimbingan konseling





BAB II
   PEMBAHASAN
A.    Pendekatan dalam bimbingan konseling
Pendekatan dalam bimbingan konseling benar-benar diperlukan untuk mencapai tujuan konseling yang terarah dan tidak asal-asalan. Tidak semua pendekatan dapat dilakukan untuk menangani masalah klien. Konselor harus mempertimbangkan pula standar kelayakan pendekatan yang berlaku di Indonesia. Seperti yang telah penulis kemukakan sebelumnya, bahwa konseling memiliki berbagai macam pendekatan yang dapat membantu konselordalam proses konseling, pendekatan-pendekatan itu adalah:
1.      Pendekatan Psikoanalisis
Corey (2009) mengatakan bahwa psikonalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotis. Psikonalisis diciptakan oleh Sigmund Freud pada tahun 1986. Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketaksadaran. Sedangkan alam kesadarannya dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul ditngah laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkan alam ketaksadaran manusia.[1] Pada kemunculannya, teori freud ini banyak mengundang kontroversi, eksplorasi, penelitian yang dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul kemudian. Mulanya freud menggunakan teori hipnotis untuk menangani pasiennya. Tetapi teknik ini ternyata tidak dapat digunakan pada semua pasien. Dalam pekembangannya, freud menggunakan teknik asosiasi bebas (free association) yang kemudian menjadi dasar dari psikonalisis. Teknik ini ditemukan ketika Freud melihat beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis atau tidak memberikan tanggapan terhadap sugestiatau pertanyaan yang mengungkapkan permasalahan klien (Gunarsa, 1996). Selanjutnya, Freud mengembangkan lagi teknik baru yang dikenal sebagai analisis mimpi.
      Menurut Willis (2009) pengertian psikonalisis meliputi tiga aspek penting yaitu:
a.       Sebagai metode penelitian proses-proses psikis.
b.      Teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis.
c.       Sebagai teori kepribadian.
Adapun hal-hal yang perlu dibicarakan mengenai pendekatan psikonalisis ini adalah: bagaimana psikonalisis memandang kepribadian manusia, perkembangan kepribadian, kesadaran dan ketidaksadaran, mekanisme pertahanan ego, peran dan fungsi konselor, dan teknik-teknik terapi yang digunakan dalam psikonalisis.
a.       Dinamika Kepribadian Manusia
  Freud memandang kepribadian manusia tersusun atas tiga sistem yang terpisah antara satu dengan yang lain, tetapi tetap saling mempengaruhi. Ketiga sistem itu dikenal sebagai id, ego, dan superego.
1)      Id merupakan subsistem kepribadian asli yang dibawa manusia sejak awal ia dilahirkan didunia. Pemenuhan Id tidak dapat ditunda, karena itulah id dianggap seperti anak manja yang tidak berpikir logis dan bertindak hanya untuk memuaskan kebutuhan naluriah.
2)      Ego berbeda dengan id yangbekerja hanya untuk memuaskan kebutuhan naluriah, ego bertindak sebaliknya. Ego berperan menghadapi realitas hidup dan berasal dari kebudayaan dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Cara kerja ego berdasarkan prinsip realitas yang melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan dunia riil.
3)   Superego merupakan kode moral bagi individu yang menentukan apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah.

B.     Perkembangan kepribadian
Selain ketiga sistem yang dibicarakan diatas, perkembangan kepribadian manusia menurut versi Freud juga dipengaruhi oleh lima tahun pertama kehidupan yang dinamkan Freud sebagai perkembangan psikoseksual. Secara berurutan fase perkembangan tersebut meliputi fase oral, fase anal, fase phalik, fase laten, dan fase genital.

C.    Kesadaran dan Ketidaksadaran
Kesadaran dan ketidaksadaran adalah bagian konsep terpenting yang dikemukakan oleh Freud. Keduanya sangat menentukan tingkah laku dan permasalahan yang berhubungan dengan kepribadian manusia. Freud membagi kesadaran menjadi tiga bagian utama, yaitu alam sadar (conscious), alam prasadar (preconscious), dan alam bawah sadar (uncosious).

D.    Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego adalah cara yang digunakan individu untuk mengatasi kecemasan yang diakibatkan karena keinginannya tidak terpengaruhi.

E.     Peran dan Fungsi Konselor
 Dalam melakukan praktik psikonalisis, seorang konselor akan bersikap anonym (konselor berusaha tidak kenal klien) dan hanya berbagi sedikit pengalaman dan perasaannya agar klien dapat memproyeksikan dirinyakepada konselor. Corey (2009) mengatakan bahwa fungsi utama konselor dalam psikonalisis adalah membantu klien mencapai kesadaran dirinya, jujur, mampu melakukanhubungan personal yang efektif, mampu menangani kecemasan serta realistis dan mampu mengendalikan tingkah laku yang impulsive dan irasional.

F.     Tujuan Psikoanalisis
Tujuan psikoanalisis secar perinci juga dikemukakan oleh Nelson Jones (dikutip dari Latipun, 2001), anatara lain:
a.       Bebas dari impuls.
b.      Memperkuat realitas atas dasar fungsi ego.
c.       Mengganti superego sebagai realitas kemanusiaan, bukan sebagai hukuman standar moral.
Jadi hal yang paling ditekankan dalam psikoanalisis adalah perasaan-perasaan dan ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri, meskipun aspek kognitif juga patut dipertimbangkan.

G.    Teknik Terapi dalam Psikoanalisis
Dalam hal ini konselor perlu mengetahui teknik-teknik terapi dalam psikoanalisis harus dilakukan untuk mencapai tujuan psikoanalisis seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam hal ini, ada lima teknik dasar yang diguanakan oleh konselor yaitu asosiasibebas, penafsiran, analisis resistensi, dan analisis transferensi (Corey, 2009).1[2]

2.      Pendekatan Eksistensial-Humanistis
Pendekatan eksistensial-humanistis pada hakikatnya mempercayai bahwa individu memiliki potensi untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Pendekatan ini sangat menekankan tentang kebebasan yang bertanggung jawab. Jadi, individu diberikan kebebasan yang seluas-luasnya dalam melakukan tindakan, tetapi harus berani bertanggung jawab sekalipun mengandung risiko bagi dirinya sendiri. Pendekatan ini bukanlah suatu aliran terapi, dan bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik.[3]

3.      Pendekatan Client- Centered
Berbicara pendekatan client-centered, mak kita akan mengenal Carl R. rogers yang mengembangkan client-cetered untuk diaplikasikanpada kelompok, keluarga, masyarakat, dan terlebih kepada individu. Pendekatan ini dikembangkan atas anggapannya mengenai keterbatasan dari psikoanalisis. Berbeda halnya dengan psikoanalisis yang mengatakan bahwa manusia cenderung deterministik, Rogers menyatakan bahwa manusia adalah pribadi-pribadi yang memiliki potensi untuk memecahkan permasalahannya sendiri.[4]

4.      Pendekatan Gestalt
Pendekatan Gestalt merupakan bentuk terapi perpaduan antara eksistensial-humanistis dan fenomenologi, sehingga memfokuskan diri pada pengalaman klien”here and now” dan memadukannya dengan bagian-bagian kepribadian yang terpecah di masa lalu. Menurut pandangan Gesgtalt, untuk mengetahui sesuatu hal kita harus, melihatnya secara keseluruhan, karena bila hanya melihat pada bagian tertentu saja, kita akankehilangan karakteristik penting lainnya. Hal ini juga berlaku pada tingkah laku manusia. Untuk menjadi pribadi yang sehat, individu harus merasakan dan menerima pengalamannya secara keseluruhan tanpa berusaha menghilangkan bagian-bagian tertentu. Ini dilakuakn untuk mencapai keseimbangan. Tetapi, pada individu yang tidak sehat sehingga menagalami ketidakseimbangan, maka akan muncul ketakutan dan ketegangan sehingga melakukan reaksi penghindaran dan menyadarinya secara nyata (Gunarsa,1996).[5]

5.      Pendekatan Behavioristik (Terapi Tingkah Laku)
Behavioristik adalah gabungan dari beberapa teori belajar yang dikemukakanoleh ahli yang berbeda. Terapi behavioristik digunakan sekitar awal 1960-an atas reaksi terhadap psikoanalisis yang dianggap tidak banyak membantu mengatasi masalah klien. Adapun aspek penting dari pendekatan ini adalah bahwa perilaku dapat didefinisikan secara operasional, diamati, dan diukur. Pendekatan behavioristik merupakan pilihan utama yang dilakukan oleh para konselor yang menghadapi masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahguanaan obat, dan disfungsi psikoseksual.[6]

6.      Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan uapaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau bimbingn yang diarahkan kepada individu yang enagalami krisis atau masalah. Bimbingan ini bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami individu. Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh alairan psikoanalisis.[7]

7.      Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kekurangan atau kelemahan. Tujuan bimbingan ini adalah untuk membantu memperbaiki kekurangan/ kelemahan yang dialmi individu. Pendekatan remedial banyak mempengaruhi aliran psikologi behavioristik.[8]

8.      Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi masalah-masalah umum individu, mencegah jangan samapai masalah tersebut menimpa individu. Pembimbing memberikan beberapa upaya, seperti informasi dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.[9]

9.      Pendekatan Perkembangan
Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang menghadapi masalah. Bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara individual, kelompok, bahkan klasikal melalui layanan pemberian informasi, diskusi, proses kelompok, serta penyaluran bakat dan minat.[10]

10.  Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemapuan kognitif merupakan kunci yang membimbing tingkah laku anak. Pendekatan ini dapat dikatakan sebagai pendekatan konstruktivisme yang menjelaskan bahwa anak secara aktif menciptakan atau mengkreasi pengetahuan. Artinya, anak tidak pasif menerima pengetahuan dari lingkungannya.

11.  Pendekatan Belajar/Lingkungan
Pendekatan ini melalui tingkah laku anak dalam kondisi dan prinsip-prinsip dalam belajar.

12.  Pendekatan Tradisional
Dalam konseling, konselor lebih banyak menggunakan waktunya untuk one-to-onerelationship terhadap siswa yang mengalami problem. Pembimbing sering mengadakan konsultasi dengan guru untuk meningkatkan suasana belajar yang fariabel dan kelancaran proses belajar. Pembimbing sering juga mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa, akan tetapi pokok pembicaraan hanya berkisar pada anak yang mengalami problem saja, tidak meliputi keseluruhan siswa disekolah tersebut.

13.  Pendekatan Developmental
Pendekatan ini memusatkan diri pada kepada anak-anak yang normal dan kepada usaha-usaha penciptaan suasana belajar yang efektif, sehat ,dan segar. Dalam hal ini, pembimbing tidak lagi bertanggung jawab atas testing program dan pengadministrasian data. Jika ia menyelenggarakan tes, bukan untuk kepentingan individual tetapi untuk keperluan keseluruhansiswa yang lebih luas lagi. Kegiatan tes individual ditangani oleh psikologi atau oleh stafnya.[11]

14.  Pendekatan dalam Konseling Keluarga
Tujuan dasar dari pendekatan ini adalah bekerja dengan struktur kontrak yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap konselor. Secra umum kontrak-kontrak ini memiliki tujuan suatu strukturkeluarga yng independen dan fungsional.[12]

15.  Pendekatan Rasional Emotif
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasiona, tetapi juga kecenderungan-kecenderungan kea rah berpikir curang. Mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang irasional itu, tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganalisis, melakukan, memutuskan ulang.[13]

16.  Pendekatan fitrah
Problem-problem yang merupakan kendala bagi baiknya perkembangan fitrah itu diselesaikan melalui proses konselingislam. Untuk itu, individu dibantu menemukan fitrahny, sehingga dapat selalu dekat dengan Allah SWT dan bimbingan untuk mengembangkan dirinya, agar mampu memecahkan masalh kehidupanny, serta dapat melakukan self counseling dengan bimbingan Allah.[14]

17.  Pendekatan Scientific
Pendekatan ini berdasarkan atas hasil wawancara, hasil penelitian prestasi belajar, hasil tes dsb.[15]
Itulah beberapa pendekatan dalam bimbingan konseling yang sangat bermanfaat bagi para konselor. Dengan adanya pendekatan-pendekatan ini seorang konselor dapat dengan mudah mengatasi masalah kliennya.











BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dengan materi ini, kami dapat menarik kesimpulan  bahwa pendekatan pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang baru. Sejak zaman dahulu pendekatan ini sebenarnya telah ada. Di dalam menghadapi suatu kesulitan, orang biasanya meminta bantuan untuk serta memecahakan kesulitannya itu. Melalui beberapa pendekatan ini, seorang konselor dapat dengan mudah mengatasi masalah kliennya.

B.     SARAN
Dengan adanya pembuatan makalah ini kami sangat memohon kepada pembaca agar kiranya memberikan kritik dan saran yang membangun, agar supaya dalam pembuatan makalah kedepannya akan lebih baik lagi.




DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: YRAMA WIDYA.2012.
Corey, Geralt. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Adikama. 2007.
Juntika Nurihsan, Achmad. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama. 2011.
Lumongga, Namora. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Terapi dan Praktik. Jakarta: Kencana.2011
Mcleod, John. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Kencana.2006.
Mu’awamah, Elfi dan Hidayah, Rifah. Bimbingan Konseling Islami. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Salahuddin, Anas. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia. 2010.
Umam, khairul dan Aminuddin, achyar. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia. 1998.
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yokyakarta: ANDI. 2009.
Willi, Sofyan S. Konseling Individual Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta.2013.














































[1] Sofyan S. Willis, Konseling IdividualTeori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal.57.
[2] Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar  Konseling dalam Teori dan Praktik (Jakarta:Kencana, 2011),  hal.140-153.
[3] Ibid.,153-154.
[4] Ibid.,154
[5] Ibid., 159-160
[6] Ibid., 167-168
[7] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan (Bandung: Relika Aditama,2006), hal. 21
[8] Ibid., 21
[9] Ibid.,21
[10] Ibid., 22
[11] Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Yrama Widya,2012), hal.46-47
[12] Sofyan S. Willis, op. cit., hlm. 122.
[13] Afifuddin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010),  hal. 62
[14] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Bandung: Refika Adikama, 2007), hal. 9
[15] Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Yogyakarta: ANDI, 2004),hal. 12