KONSEP ILMU SOSIAL
TUGAS MATA KULIAH ISD/IAD/IBD
KONSEP ILMU SOSIAL
Oleh:
Kelompok 9
Jajang Supriatna (B53214019)
Lia Lutfiana Febriyanti
(B53214022)
Muhammad Khoir
Alfikri (B53214024)
Siti Khoirun Nisa W. (B53214037)
Shofiatul Jannah (B53214038)
Kelas: BKI C3
Dosen:
Dra. Faizah Noer
Laela
FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
PRODI BIMBINGAN DAN
KONSELING ISLAM
UIN SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014
TUGAS MATA KULIAH ISD/IBD/IAD
KONSEP ILMU SOSIAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah ISD/IBD/IAD
Dosen:
Dra.
Faizah Noer Laela
Oleh:
Kelompok 9
Jajang Supriatna (B53214019)
Lia Lutfiana Febriyanti
(B53214022)
Muhammad Khoir
Alfikri (B53214024)
Siti Khoirun Nisa W. (B53214037)
Shofiatul Jannah (B53214038)
Kelas: BKI C3
FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
PRODI BIMBINGAN DAN
KONSELING ISLAM
UIN SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
wr.wb
Segala puji hanya bagi Allah SWT,
Tuhan semesta alam, raja dari segala raja, yang telah mengutus rasul-Nya kepada
seluruh umat manusia untuk mengajarkan kalimat tauhid.
Sholawat beserta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi kita, penutup para Nabi, yakni Nabi Muhammad SAW. Karena
beliau telah mengantarkan umat manusia dari zaman yang gelap dengan kebodohan
menuju zaman yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan.
Syukur
alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucapkan kepada
Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis bisa menyelesaikan
sebuah karya tulis berupa makalah yang bejudul “Konsep Ilmu Sosial”. Makalah ini
dibuat dalam rangka mengkaji lebih dalam masalah konsep ilmu sosial, sehingga
menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait
yang telah membantu penulis dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya masih sangat banyak
kekurangan yang mendasar dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mngundang
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kemajuan ilmu pengetahuan ini. Dan akhirnya, harapan besar penulis semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Surabaya,
24 September 2014
Tim
penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………………………
DAFTAR
ISI ………………………………………………………………………………
BAB
1 PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang …………………………………………………………………
B. Rumusan
Masalah ………………………………………………………………
C. Tujuan
Pembahasan ……………………………………………………………
BAB
II KONSEP ILMU SOSIAL
A. Konflik
dan Integrasi ………………………………………………
1. Pengertian
Konflik dan Integrasi
2. Contoh
Konflik dan Integrasi
3. Manfaat
dan Kekurangan Konflik dan Integrasi
B. Perubahan
Sosial ……………………………
1. Pengertian
Perubahan Sosial
2. Contoh
atau Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
3. Manfaat
dan Kekurangan Adanya Perubahan Sosial
C. Keterkaitan
Antara Agama dan Masyarakat………………………………
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
Masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian, contoh, manfaat serta
kekurangan konflik dan integrasi?
2. Apa pengertian, contoh/ bentuk-bentuk,
manfaat serta kekurangan adanya perubahan sosial?
3. Bagaimana keterkaitan antara agama dan
masyarakat?
C.
Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini
yakni memaparkan:
1. Pengertian, contoh, manfaat serta
kekurangan konflik dan integrasi.
2. Pengertian, contoh/ bentuk-bentuk,
manfaat serta kekurangan adanya perubahan sosial.
3. Keterkaitan antara agama dan masyarakat.
BAB II
KONSEP ILMU SOSIAL
A.
Konflik dan Integrasi
1.
Pengertian Konflik dan Integrasi
Konflik dalam kamus
.......
Konflik dapat dikatakan
sebagai suatu bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu (suku
bangsa, ras, agama, golongan), karena di antara mereka memiliki perbedaan dalam
sikap, kepercayaan, nilai atau kebutuhan. Sering kali konflik itu dimulai
dengan hubungan pertentangan antara dua atau lebih etnik (individu atau
kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran tertentu namau diliputi
pemikiran, perasaan atau perbuatan yang tidak sejalan. Bentuk pertentangan
alamiah dihasilkan oleh individu atau kelompok etnik, baik intraetnik maupun
antaretnik, yang memiliki perbedaan dalam sikap, kepercayaan, nilai-nilai atau
kebutuhan. Peretentangan atau pertikaian antaretnik itu muncul karena ada
perbedaan kebutuhan, nilai dan motivasi pelaku yang terlibat didalamnya.[1]
Sedangkan integrasi
dalam kamus..............
2.
Contoh Konflik dan Integrasi
Setiap
manusia memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama dalam integrasi dan
interaksi sosial. Integrasi sosial harus dibangun dengan pondasi kerjasama dan
kerelaan anatara individu. Guna menegakkan integrasi sosial dan membentuk
solidaritas umat pada beberpa kesempatan, Nabi Muhammad menegaskan pentingnya
ukhuwah islamiyah baik demi kepentingan politik, ekonomi, ataupun kepentingan
keamanan.[2]
Adapun
praktek sederhana integrasi ekonomi ukhuwah
Nampak dalam proses persaudaraan imigran Makkah dengan kalangan Anshar
Madinah. Sesuai dengan kebijakan ukhuwah yang
diberikan oleh Nabi, kalangna Anshar segera mendistribusikan kekayaan mereka
kepada imigran Makkah. Realitas sejarah menjelaskan secara jelas bagaimana
sahabat muhajirin meninta Abd.Rahman bin Auf menjadi saudar seiman dengan Sa’ad
bin Alrabi’. Sa’ad berkata “Wahai Abd. Rahman bin Auf… sesungguhnya akulah
orang terkaya Anshar kuberikan untukmu setengah dari hartaku. Aku mempunyai dua
orang istri, tunjuklah mana yang engkau senangi dan akan aku ceraikan, dan
setelah habis masa iddahnya, maka kawinilah.” Pemahaman ukhuwah diatas
menunjukkan bahwa ukhuwah tidak terbatas pada kepemilikikan rasa solidaritas
sesama muslim lebih dari itu, ukhuwah harus dibuktikn dalam perilaku nyata
dalam integrasi sosial kemasyarakatan.
3.
Manfaat dan Kekurangan Konflik dan Integrasi
B.
Perubahan Sosial
1.
Pengertian Perubahan Sosial
Banyak definisi yang
menjelaskan pengertian perubahan sosial dalam arti yang sangat luas. Wilbert
Moore misalnya, mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari
struktur sosial”, dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku
dan interaksi sosial”. Moore memasukkan berbagai ekspresi ke dalam definisi
perubahan sosial mengenai struktur seperti norma, nilai dan fenomena kultural. Definisi
demikian itu serba mencakup. Definisi lain pun juga mencakup bidang yang sangat
luas. Perubahan sosial didefinisikan sebagai variasi atau modifikasi dalam
setiap aspek proses sosial, pola sosial dan bentuk-bentuk sosial, serta setiap
modifikasi pola antarhubungan yang mapan dan standar perilaku.[3]
Perubahan sosial dapat
dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem
sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam
jangka waktu berlainan.
Berbicara tentang
perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu
tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum
dan sesudah jangka waktu tertentu. Untuk dapat menyatakan perbedaanya,
ciri-ciri awal unit analisis harus diketauhi dengan cermat meski terus berubah.
(Strasser dan Randall, 1981: 16)
Jadi konsep dasar
perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) perbedaan; (2) pada waktu berbeda;
dan (3) di antara keadaan sistem sosial yang sama. Contoh definisi perubahan sosial yang bagus adalah
seperti berikut:
“Perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang sistem
sosial sebagai satu kesatuan” (Hawley,
1978:787).[4]
2.
Contoh atau Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
Perubahan
sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut
pengamatan: apakah dari sudut aspek, fragmen atau dimensi sistem sosialnya. Ini
disebabkan keadaan sistem sosial itu tidak sederhana, tidak hanya berdimensi
tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau gabungan hasil keadaan berbagai
komponen seperti berikut:
1.
Unsur-
unsur pokok (misalnya: jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka).
2.
Hubungan
antarunsur (misalnya: ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan, hubungan
antarindividu, integrasi).
3.
Berfungsinya
unsur- unsur di dalam sistem (misalnya: peran pekerjaan yang dimainkan oleh
individu atau diperlakukannya tindakan tertentu untuk melestarikan ketertiban
sosial).
4.
Pemeliharaan
batas (misalnya: kriteria untuk menentukan siapa saja yang termasuk anggota
sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip rekrutmen dalam
organisasi, dan sebagainya).
5.
Subsistem
(misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen, atau devisi khusus yang dapat
dibedakan).
6.
Lingkungan
(misalnya: keadaan alam atau lokasi geopolitik).
Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan,
konsesus atau pertikaian, harmoni atau perselisihan, kerja sama atau konflik,
damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan sebagainya, berasal dari sifat
saling memengaruhi dari keseluruhan ciri-ciri sistem sosial yang kompleks itu.
Bila dipisah-pisah menjadi komponen
dan dimensi utamanya, teori sistem secara tak langsung menyatakan kemungkinan
perubahan berikut:
1.
Perubahan
kompsisi (misalnya, migrasi dari satu kelompok ke kelompok lain, menjadi
anggota satu kelompok tertentu, pengurangan jumlah penduduk karena kelaparan,
demobillisassi perubahan sosial, bubarnya suatu kelompok).
2.
Perubahan
terstruktur (misalnya, terciptanya ketimpangan, kristalisasi kekuasaan,
munculnya ikatan persahabatan, terbentuknya kerja sama atau hubungan
kompetitif).
3.
Perubahan
fungsi (misalnya, spesialisasi dan diferensiasi pekerjaan, hancurnya peran
ekonomi keluarga, diterimanya peran yang diindoktrinasikan oleh sekolah atau
universitas).
4.
Perubahan
batas (misalnya, penggabungan beberapa kelompok, atau satu kelompok oleh
kelompok lain, mengendurnya kriteria keanggotaan kelompok dan demokratisasi
keanggotaan dan penaklukan).
5.
Perubahan
hubungan antarsubsistem (misalnya, penguasaaan rezim politik atas organisasi
ekonomi, pengendalian keluarga dan keseluruhan kehidupan privat oleh pemerintah
totaliter).
6.
Perubahan
lingkungan (misalnya, kerusakan ekologi, gempa bumi, munculnya wabah atau virus
HIV, lemahnya sistem bipolar internasional).
Perubahan sosial adakalanya hanya
terjadi sebagian, terbatas ruang lingkupnya, tanpa menimbulkan akibat besar
terhadap unsur lain dari sistem. Sistem sebagai keseluruhan tetap utuh, tak
terjadi perubahan menyeluruh atas unsur-unsurnya meski di dalamnya terjadi
perubahan sedikit demi sedikit. Contoh, kekuatan sistem politik demokratis
terletak dalam kemampuannya menghadapi tantangan, mengurangi protes dan
menyelesaikan konflik dengan mengadakan perombakan sebagian tanpa membahayakan
stabilitas dan kontinuitas negara sebagai satu kesatuan. Perubahan seperti ini
merupakan sebuah contoh perubahan di dalam sistem. Namun, pada kesempatan lain,
perubahan mungkin mencakup keseluruhan (atau sekurangnya mencakup inti) aspek
sistem, menghasilkan perubahan menyeluruh, dan menciptakan sistem baru yang
secara mendasar berbeda dari sistem yang semua revolusi sosial besar.
Transformasi radikal seperti ini lebih tepat disebut perubahan sistem. Batas
antara kedua tipe perubahan ini agak kabur. Perubahan di dalam sistem sering
berakumulasi dan akhirnya menyentuh isi sistem, lalu berubah menjadi perubahan
sistem. Dalam sistem sosial sering terlihat perubahan perubahan
berangsur-angsur dari ciri-cirinya secara keseluruhan dan mengarah kepada
ciri-ciri kuantitatif dan kualitatif baru (Granovetter, 1978). Semua titiran dan
diktator hanya mampu menutup-nutupi ketidak senangan publik hingga batas
tertentu dan kemerosotan kekuasaan mereka lambat laun tanpa terelakkan membuka
pintu bagi demokrasi.[5]
3.
Manfaat dan Kekurangan Adanya Perubahan Sosial
C.
Keterkaitan Antara Agama dan Masyarakat
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home