Tuesday 10 May 2016

KONSEP ILMU SOSIAL



TUGAS MATA KULIAH ISD/IAD/IBD
KONSEP ILMU SOSIAL








Oleh:
Kelompok 9
Jajang Supriatna (B53214019)
Lia Lutfiana Febriyanti (B53214022)
Muhammad Khoir Alfikri  (B53214024)
Siti Khoirun Nisa W. (B53214037)
Shofiatul Jannah (B53214038)
Kelas: BKI C3

Dosen:
Dra. Faizah Noer Laela

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2014

TUGAS MATA KULIAH ISD/IBD/IAD
KONSEP ILMU SOSIAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah ISD/IBD/IAD

Dosen:
Dra. Faizah Noer Laela









Oleh:
Kelompok 9
Jajang Supriatna (B53214019)
Lia Lutfiana Febriyanti (B53214022)
Muhammad Khoir Alfikri  (B53214024)
Siti Khoirun Nisa W. (B53214037)
Shofiatul Jannah (B53214038)
Kelas: BKI C3

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
            Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, raja dari segala raja, yang telah mengutus rasul-Nya kepada seluruh umat manusia untuk mengajarkan kalimat tauhid.
            Sholawat beserta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi kita, penutup para Nabi, yakni Nabi Muhammad SAW. Karena beliau telah mengantarkan umat manusia dari zaman yang gelap dengan kebodohan menuju zaman yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan.
            Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis bisa menyelesaikan sebuah karya tulis berupa makalah yang bejudul “Konsep Ilmu Sosial”. Makalah ini dibuat dalam rangka mengkaji lebih dalam masalah konsep ilmu sosial, sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Penulis  mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya masih sangat banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mngundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Dan akhirnya, harapan besar penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Surabaya, 24 September 2014


Tim penyusun







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………
BAB 1   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang …………………………………………………………………
B.     Rumusan Masalah ………………………………………………………………
C.     Tujuan Pembahasan ……………………………………………………………
BAB II  KONSEP ILMU SOSIAL
A.    Konflik dan Integrasi ………………………………………………
1.      Pengertian Konflik dan Integrasi
2.      Contoh Konflik dan Integrasi
3.      Manfaat dan Kekurangan Konflik dan Integrasi
B.     Perubahan Sosial ……………………………
1.      Pengertian Perubahan Sosial
2.      Contoh atau Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
3.      Manfaat dan Kekurangan Adanya Perubahan Sosial
C.     Keterkaitan Antara Agama dan Masyarakat………………………………
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan……………………………………………………………………
B.     Saran……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………













BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

B.     Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian, contoh, manfaat serta kekurangan konflik dan integrasi?
2.    Apa pengertian, contoh/ bentuk-bentuk, manfaat serta kekurangan adanya perubahan sosial?
3.    Bagaimana keterkaitan antara agama dan masyarakat?

C.     Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini yakni memaparkan:
1.    Pengertian, contoh, manfaat serta kekurangan konflik dan integrasi.
2.    Pengertian, contoh/ bentuk-bentuk, manfaat serta kekurangan adanya perubahan sosial.
3.    Keterkaitan antara agama dan masyarakat.


BAB II
KONSEP ILMU SOSIAL
A.     Konflik dan Integrasi
1.     Pengertian Konflik dan Integrasi
Konflik dalam kamus .......
Konflik dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu (suku bangsa, ras, agama, golongan), karena di antara mereka memiliki perbedaan dalam sikap, kepercayaan, nilai atau kebutuhan. Sering kali konflik itu dimulai dengan hubungan pertentangan antara dua atau lebih etnik (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran tertentu namau diliputi pemikiran, perasaan atau perbuatan yang tidak sejalan. Bentuk pertentangan alamiah dihasilkan oleh individu atau kelompok etnik, baik intraetnik maupun antaretnik, yang memiliki perbedaan dalam sikap, kepercayaan, nilai-nilai atau kebutuhan. Peretentangan atau pertikaian antaretnik itu muncul karena ada perbedaan kebutuhan, nilai dan motivasi pelaku yang terlibat didalamnya.[1]
Sedangkan integrasi dalam kamus..............
2.     Contoh Konflik dan Integrasi
Setiap manusia memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama dalam integrasi dan interaksi sosial. Integrasi sosial harus dibangun dengan pondasi kerjasama dan kerelaan anatara individu. Guna menegakkan integrasi sosial dan membentuk solidaritas umat pada beberpa kesempatan, Nabi Muhammad menegaskan pentingnya ukhuwah islamiyah baik demi kepentingan politik, ekonomi, ataupun kepentingan keamanan.[2]
Adapun praktek sederhana integrasi ekonomi ukhuwah Nampak dalam proses persaudaraan imigran Makkah dengan kalangan Anshar Madinah. Sesuai dengan kebijakan ukhuwah yang diberikan oleh Nabi, kalangna Anshar segera mendistribusikan kekayaan mereka kepada imigran Makkah. Realitas sejarah menjelaskan secara jelas bagaimana sahabat muhajirin meninta Abd.Rahman bin Auf menjadi saudar seiman dengan Sa’ad bin Alrabi’. Sa’ad berkata “Wahai Abd. Rahman bin Auf… sesungguhnya akulah orang terkaya Anshar kuberikan untukmu setengah dari hartaku. Aku mempunyai dua orang istri, tunjuklah mana yang engkau senangi dan akan aku ceraikan, dan setelah habis masa iddahnya, maka kawinilah.” Pemahaman ukhuwah diatas menunjukkan bahwa ukhuwah tidak terbatas pada kepemilikikan rasa solidaritas sesama muslim lebih dari itu, ukhuwah harus dibuktikn dalam perilaku nyata dalam integrasi sosial kemasyarakatan.

3.     Manfaat dan Kekurangan Konflik dan Integrasi

B.     Perubahan Sosial
1.     Pengertian Perubahan Sosial
Banyak definisi yang menjelaskan pengertian perubahan sosial dalam arti yang sangat luas. Wilbert Moore misalnya, mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari struktur sosial”, dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku dan interaksi sosial”. Moore memasukkan berbagai ekspresi ke dalam definisi perubahan sosial mengenai struktur seperti norma, nilai dan fenomena kultural. Definisi demikian itu serba mencakup. Definisi lain pun juga mencakup bidang yang sangat luas. Perubahan sosial didefinisikan sebagai variasi atau modifikasi dalam setiap aspek proses sosial, pola sosial dan bentuk-bentuk sosial, serta setiap modifikasi pola antarhubungan yang mapan dan standar perilaku.[3]
Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.
Berbicara tentang perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Untuk dapat menyatakan perbedaanya, ciri-ciri awal unit analisis harus diketauhi dengan cermat meski terus berubah. (Strasser dan Randall, 1981: 16)
Jadi konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) perbedaan; (2) pada waktu berbeda; dan (3) di antara keadaan sistem sosial yang sama. Contoh  definisi perubahan sosial yang bagus adalah seperti berikut:
Perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang sistem sosial sebagai satu kesatuan” (Hawley, 1978:787).[4]

2.     Contoh atau Bentuk-bentuk Perubahan Sosial

Perubahan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pengamatan: apakah dari sudut aspek, fragmen atau dimensi sistem sosialnya. Ini disebabkan keadaan sistem sosial itu tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau gabungan hasil keadaan berbagai komponen seperti berikut:
1.    Unsur- unsur pokok (misalnya: jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka).
2.    Hubungan antarunsur (misalnya: ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan, hubungan antarindividu, integrasi).
3.    Berfungsinya unsur- unsur di dalam sistem (misalnya: peran pekerjaan yang dimainkan oleh individu atau diperlakukannya tindakan tertentu untuk melestarikan ketertiban sosial).
4.    Pemeliharaan batas (misalnya: kriteria untuk menentukan siapa saja yang termasuk anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip rekrutmen dalam organisasi, dan sebagainya).
5.    Subsistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen, atau devisi khusus yang dapat dibedakan).
6.    Lingkungan (misalnya: keadaan alam atau lokasi geopolitik).

 Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsesus atau pertikaian, harmoni atau perselisihan, kerja sama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan sebagainya, berasal dari sifat saling memengaruhi dari keseluruhan ciri-ciri sistem sosial yang kompleks itu.
            Bila dipisah-pisah menjadi komponen dan dimensi utamanya, teori sistem secara tak langsung menyatakan kemungkinan perubahan berikut:
1.    Perubahan kompsisi (misalnya, migrasi dari satu kelompok ke kelompok lain, menjadi anggota satu kelompok tertentu, pengurangan jumlah penduduk karena kelaparan, demobillisassi perubahan sosial, bubarnya suatu kelompok).
2.    Perubahan terstruktur (misalnya, terciptanya ketimpangan, kristalisasi kekuasaan, munculnya ikatan persahabatan, terbentuknya kerja sama atau hubungan kompetitif).
3.    Perubahan fungsi (misalnya, spesialisasi dan diferensiasi pekerjaan, hancurnya peran ekonomi keluarga, diterimanya peran yang diindoktrinasikan oleh sekolah atau universitas).
4.    Perubahan batas (misalnya, penggabungan beberapa kelompok, atau satu kelompok oleh kelompok lain, mengendurnya kriteria keanggotaan kelompok dan demokratisasi keanggotaan dan penaklukan).
5.    Perubahan hubungan antarsubsistem (misalnya, penguasaaan rezim politik atas organisasi ekonomi, pengendalian keluarga dan keseluruhan kehidupan privat oleh pemerintah totaliter).
6.    Perubahan lingkungan (misalnya, kerusakan ekologi, gempa bumi, munculnya wabah atau virus HIV, lemahnya sistem bipolar internasional).
Perubahan sosial adakalanya hanya terjadi sebagian, terbatas ruang lingkupnya, tanpa menimbulkan akibat besar terhadap unsur lain dari sistem. Sistem sebagai keseluruhan tetap utuh, tak terjadi perubahan menyeluruh atas unsur-unsurnya meski di dalamnya terjadi perubahan sedikit demi sedikit. Contoh, kekuatan sistem politik demokratis terletak dalam kemampuannya menghadapi tantangan, mengurangi protes dan menyelesaikan konflik dengan mengadakan perombakan sebagian tanpa membahayakan stabilitas dan kontinuitas negara sebagai satu kesatuan. Perubahan seperti ini merupakan sebuah contoh perubahan di dalam sistem. Namun, pada kesempatan lain, perubahan mungkin mencakup keseluruhan (atau sekurangnya mencakup inti) aspek sistem, menghasilkan perubahan menyeluruh, dan menciptakan sistem baru yang secara mendasar berbeda dari sistem yang semua revolusi sosial besar. Transformasi radikal seperti ini lebih tepat disebut perubahan sistem. Batas antara kedua tipe perubahan ini agak kabur. Perubahan di dalam sistem sering berakumulasi dan akhirnya menyentuh isi sistem, lalu berubah menjadi perubahan sistem. Dalam sistem sosial sering terlihat perubahan perubahan berangsur-angsur dari ciri-cirinya secara keseluruhan dan mengarah kepada ciri-ciri kuantitatif dan kualitatif baru (Granovetter, 1978). Semua titiran dan diktator hanya mampu menutup-nutupi ketidak senangan publik hingga batas tertentu dan kemerosotan kekuasaan mereka lambat laun tanpa terelakkan membuka pintu bagi demokrasi.[5]

3.     Manfaat dan Kekurangan Adanya Perubahan Sosial

C.     Keterkaitan Antara Agama dan Masyarakat
                                                                        

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA




































[1] Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik, (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksar Yogyakarta, 2005), hal. 146
[2] Historitas
[3] Robert H. Lauer, Prespektif Tentang Perubahan Sisial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) hal. 4.
[4]
[5]

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home